Kuliah atau Kerja?


Shahar yang Memilih Kerja di Jepang

Di sebuah kota kecil, ada seorang pemuda bernama Shahar. Dia baru saja lulus dari SMK, dan semua orang disekitarnya mulai bertanya, "Kamu mau kuliah atau kerja har?" Teman-teman sekelasnya memilih untuk melanjutkan pendidikan, tapi Shahar punya rencana lain.

Sejak menginjakan kakinya di bangku SMP, dia selalu terpesona oleh jepang, mulai dari budayanya, teknologinya, dan cara hidupnya. Pada saat mendengar ada program pelatihan kerja ke Jepang, hatinya berdegup kencang. Setelah berpikir panjang dan kedua orang tuanya setuju, dia mendaftar. Teman-temannya mengira dia gila, ngawur (asal-asalan), tapi bagi Shahar, ini adalah kesempatan emas.

Setelah melalui proses seleksi yang ketat di SMK nya, dia akhirnya diterima. Dalam 3-4 bulan pelatihan di luar kota, dia sudah mau mendekati persiapan untuk berangkat. Rasanya campur aduk antara senang dan gugup. Dia tahu, bekerja di luar negeri bukanlah hal yang mudah.

Tapi, ini juga tentang pengalaman hidup yang bisa mengubah arah masa depannya. Orangtuanya sempat khawatir, tapi Shahar meyakinkan mereka bahwa dia sudah siap menghadapi tantangan.

Begitu tiba di Jepang, Shahar langsung merasakan perbedaannya. Semua serba cepat dan teratur. Dia mengikuti pelatihan di sebuah perusahaan konstruksi, belajar banyak hal baru setiap harinya. Dari kerja cara tim yang solid hingga etika kerja yang tinggi, semuanya membuatnya terkesan.

Awalnya, bahasa Jepang jadi tantangan besar. Banyak teman kerjanya yang tidak bisa berbahasa Jepang, tapi Shahar tidak mau menyerah. Dia mulai belajar bahasa Jepang dengan menggunakan aplikasi atau buku, dan sambil berusaha memahami instruksi di tempat kerja. 

Seiring waktu, Shahar semakin mahir. Dia tak hanya belajar teknis pekerjaan, tapi juga bagaimana bersikap sopan santun dan menghargai orang lain. Teman-teman kerjanya mulai menghargai usaha dan semangatnya. Shahar pun mendapat kepercayaan lebih dari atasannya.

Di tengah perjalanan karir nya, Shahar mendengar tentang kesempatan untuk melanjutkan  kuliah sambil bekerja. Teman-teman di tempat kerjanya memberi saran agar dia mempertimbangkan itu. Namun, Shahar dengan tegas menjawab, "Aku ingin fokus pada karir ini. Aku percaya pengalaman kerja lebih berharga saat ini"

Keputusan itu bukan tanpa tantangan. Dia sering merasa lelah setelah seharian bekerja, tetapi semangatnya tidak pernah padam. Setiap hari adalah pelajaran baru baginya. Shahar menyadari bahwa pengalaman kerjanya membentuk karakter dan skill yang tak akan bisa didapat di bangku kuliah.

Satu tahun berlalu, Shahar sudah menjadi salah satu karyawan yang diandalkan di proyek-proyek besar. Atasannya bahkan mengajaknya untuk ikut ke pertemuan formal antara orang-orang dari berbagai negara untuk membahas topik tertentu, dan itu jadi momen penting dalam hidupnya. 

Akhirnya, setelah dua tahun di Jepang, Shahar dihadapkan pada tawaran pekerja yang lebih baik. Perusahaan ingin menawarkan posisi yang lebih tinggi. Dia merasa semua pengorbanan dan pilihan untuk fokus bekerja selama ini terbayar.

Suatu hari, saat dia duduk di tepi dermaga sambil menikmati suasana matahari terbenam, Shahar tersenyum memikirkan semua perjalanan yang telah dilalui. Dia tak menyesali pilihan untuk tidak kuliah. Dengan percaya diri, dia berkata dalam hati, "Kadang, pilihan yang tidak biasa justru membawa kita pada jalan yang luar biasa."

Cerita Shahar menginspirasi banyak orang, terutama teman temannya di Indonesia. Dia menunjukan bahwa setiap pilihan punya jalan dan hasilnya masing-masing. Yang terpenting adalah komitmen untuk terus belajar dan berkembang, apapun jalannya. Dan bagi Shahar, memilih untuk bekerja di Jepang adalah Langkah yang tepat, yang membawanya menuju masa depan yang cerah.