• Durasi baca: 10 menit

Hari ini, aku resmi menandai pendakian keduaku, dan destinasi yang kupilih kali ini adalah Puthuk Siwur, sebuah gunung yang terletak di daerah Mojokerto, Jawa Timur. Gunung ini memang nggak terlalu tinggi—hanya sekitar 1.429 meter di atas permukaan laut—tapi punya pesona yang nggak bisa dianggap remeh. Setelah sebelumnya menjajal Gunung Bekel, aku penasaran pengen nyobain medan dan suasana yang baru. Dan ternyata, pilihan ke Puthuk Siwur ini... nggak salah sama sekali.

Seperti biasa, malam sebelumnya aku udah nyiapin semua perlengkapan. Hydropack, air minum, logistik ringan, jas hujan (jaga-jaga), dan kamera buat dokumentasi. Pagi harinya, aku dan tiga orang temanku kumpul di satu titik dan langsung berangkat menuju basecamp. Sesampainya di basecamp, kita sempat duduk-duduk sebentar sambil warming up, ngobrol ringan, dan mempersiapkan mental buat perjalanan.

Pendakian dimulai sekitar pukul 08.00 pagi. Langkah pertama selalu jadi momen yang spesial—semacam gerbang pembuka petualangan baru. Begitu masuk jalur, udara langsung terasa beda. Sejuk, bersih, dan segar banget. Aku bisa ngerasain embusan angin yang lembut, suara daun bergesekan, dan kicauan burung yang bikin hati tenang. Ini sih, salah satu hal yang bikin aku jatuh cinta sama alam. Semua terasa lebih jujur dan damai.

Jalur pendakian Puthuk Siwur ini menurutku cukup menantang, apalagi buat yang baru belajar mendaki. Tapi tetap ramah kok, asal dinikmati pelan-pelan. Ada beberapa tanjakan dan batu-batu besar yang harus dilewati. Tapi justru di situ serunya. Ada rasa bangga tiap kali berhasil ngalahin satu tanjakan. Dan yang bikin tambah semangat adalah, jalur ini dikelilingi oleh hutan pinus yang cantik banget! Bayangin aja, jalan sambil liat deretan pohon pinus tinggi menjulang, dengan sinar matahari yang masuk dari sela-sela daun—bener-bener kayak lukisan hidup.

Di jalur ini juga tersedia tiga pos peristirahatan. Kita sempat berhenti di beberapa pos buat sekadar duduk, minum, makan roti, dan tarik napas. Rasanya menyenangkan banget bisa duduk di tengah alam sambil ngobrol santai sama teman-teman. Obrolan ngalor-ngidul yang receh pun terasa lebih hangat kalau dibalut suasana gunung.

Hal lain yang aku suka dari pendakian adalah rasa solidaritas antar pendaki. Sepanjang jalan, kita beberapa kali ketemu pendaki lain yang walaupun nggak kenal, tetap nyapa dan ngasih semangat. Bahkan ada yang nyuruh kita hati-hati, kasih info jalur, dan senyum ramah. Di gunung, semua orang seolah punya satu tujuan: sampai ke puncak bareng-bareng. Itu sih, vibe yang nggak bisa ditemuin di tempat lain.

Setelah jalan sekitar tiga jam, akhirnya kita sampai juga di puncak Puthuk Siwur tepat pukul 11.00 siang. Dan seperti biasa... semua rasa capek langsung hilang! Angin berhembus lebih kencang, pemandangan terbuka luas, dan kita bisa liat landscape hutan, pegunungan, dan langit biru tanpa penghalang. Kita langsung mencari tempat duduk, buka logistik, dan makan siang bareng sambil nikmatin panorama alam. Ada rasa syukur yang nggak bisa digambarkan—kayak diingatkan lagi bahwa dunia ini luas dan indah, dan kita cuma bagian kecil dari semesta yang megah ini.

Setelah makan, tentu aja kita sempatin buat foto-foto bareng. Dokumentasi adalah hal wajib tiap pendakian, bukan cuma buat kenang-kenangan, tapi juga buat berbagi cerita ke teman-teman lain. Kita foto gaya bebas, candid, dan juga ada beberapa momen serius yang diam-diam bikin mellow. Mungkin karena suasananya terlalu damai ya?

Karena sinar matahari mulai terasa panas, kita putuskan buat turun jam 12.14 siang. Jalur turun ternyata lebih bersahabat, dan entah kenapa kita iseng buat trail run ringan. Bukan lari kencang sih, tapi cukup bikin napas ngos-ngosan dan senyum-senyum sendiri. Ternyata seru banget! Ada sensasi bebas yang beda banget dari jalan biasa. Berasa kayak anak kecil main di alam lepas—lari, loncat, dan ketawa-ketawa.

Perjalanan turun cuma butuh waktu sekitar 1 jam aja, dan akhirnya kita sampai lagi di basecamp dengan selamat. Keringetan, pegel, tapi puas luar biasa. Kita sempat duduk sebentar, ngelemesin kaki, minum air putih, dan ngobrolin pendakian tadi.

Dan lucunya, belum juga pulih sepenuhnya, kita udah mulai ngerencanain pendakian berikutnya. Emang ya, naik gunung tuh kayak candu. Sekali nyoba, langsung ketagihan. Tapi ini candu yang sehat—buat tubuh, pikiran, dan hati.

Semoga cerita ini bisa jadi teman bacaan buat kamu yang juga lagi jatuh cinta sama alam, atau yang mungkin lagi mikir-mikir buat mulai naik gunung. Pokoknya, jangan ragu buat mencoba. Karena kadang, hal-hal terbaik itu justru muncul waktu kita berani keluar dari zona nyaman.

Dan kalau kalian pengen tahu lebih dalam tentang Puthuk Siwur—entah itu info jalur, suasana basecamp, atau update pendakian—langsung aja mampir ke Instagram mereka di @puthuk_siwur1429mdpl. Siapa tahu bisa jadi panduan tambahan buat petualanganmu nanti.
Sampai jumpa di cerita pendakianku selanjutnya! 🌲🏔️

You are not authorised to post comments.

Comments powered by CComment