Daftar Isi
- Survei Nasional: Pengangguran Lulusan SMK Menjadi yang Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir
- Lulusan SMK Penyumbang Pengangguran Terbesar
- Tren TPT Lulusan SMK 2019–2024
- Perbandingan TPT Berdasarkan Jenjang Pendidikan
- Ketidaksesuaian Keterampilan dan Kebutuhan Industri
- Karakteristik Pengangguran Lainnya
- Jurusan Penyumbang Pengganguran Terbanyak
- Penyebab Tingginya Pengangguran Lulusan SMK
- Kondisi Ketenagakerjaan Nasional 2024
- Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi dan Terendah
- Faktor Penyebab Tingginya Pengangguran Lulusan SMK
- Langkah Pemerintah untuk Mengatasi Pengangguran SMK
- kesimpulan
Survei Nasional: Pengangguran Lulusan SMK Menjadi yang Tertinggi dalam 5 Tahun Terakhir
Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus lalu merilis data tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia tahun 2024. Data menunjukkan adanya penurunan jumlah pengangguran dari tahun 2023 ke 2024, dengan jumlah pengangguran per Agustus 2024 mencapai 7,47 juta orang, turun 390 ribu dibandingkan tahun sebelumnya. (Sumber)
Jika dilihat dari latar belakang pendidikan, lulusan D4, S1, S2, dan S3 mengalami peningkatan kebekerjaan. Begitu juga lulusan SD hingga SMP yang mengalami penurunan tingkat pengangguran. Namun, lulusan SMK masih menjadi penyumbang pengangguran terbesar dibandingkan jenjang pendidikan lainnya. (Sumber)
Lulusan SMK Penyumbang Pengangguran Terbesar



Berdasarkan tingkat pendidikan, pengangguran tertinggi masih didominasi oleh lulusan SMK, meskipun jumlahnya menurun dari tahun ke tahun. Berikut data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan dari tahun 2019 hingga 2024:
SD ke Bawah
- Tahun 2019: 2,39 persen
- Tahun 2020: 3,61 persen
- Tahun 2021: 3,61 persen
- Tahun 2022: 3,59 persen
- Tahun 2023: 2,56 persen
- Tahun 2024: 2,32 persen
Perubahan tahun 2023-2024: -0,24 persen (Sumber)
SMP
- Tahun 2019: 4,72 persen
- Tahun 2020: 6,46 persen
- Tahun 2021: 6,45 persen
- Tahun 2022: 5,95 persen
- Tahun 2023: 4,78 persen
- Tahun 2024: 4,11 persen
Perubahan tahun 2023-2024: -0,67 persen (Sumber)
SMA
- Tahun 2019: 7,87 persen
- Tahun 2020: 9,86 persen
- Tahun 2021: 9,09 persen
- Tahun 2022: 8,57 persen
- Tahun 2023: 8,15 persen
- Tahun 2024: 7,05 persen
Perubahan tahun 2023-2024: -1,10 persen (Sumber)
SMK
- Tahun 2019: 10,36 persen
- Tahun 2020: 13,55 persen
- Tahun 2021: 11,13 persen
- Tahun 2022: 9,42 persen
- Tahun 2023: 9,31 persen
- Tahun 2024: 9,01 persen
Perubahan tahun 2023-2024: -0,30 persen (Sumber)
D1/D2/D3
- Tahun 2019: 5,95 persen
- Tahun 2020: 8,08 persen
- Tahun 2021: 5,87 persen
- Tahun 2022: 4,59 persen
- Tahun 2023: 4,79 persen
- Tahun 2024: 4,83 persen
Perubahan tahun 2023-2024: 0,04 persen (Sumber)
D4/S1/S2/S3
- Tahun 2019: 5,64 persen
- Tahun 2020: 7,35 persen
- Tahun 2021: 5,98 persen
- Tahun 2022: 4,80 persen
- Tahun 2023: 5,18 persen
- Tahun 2024: 5,25 persen
Perubahan tahun 2023-2024: 0,07 persen (Sumber)
Meski mengalami sedikit penurunan, tingkat pengangguran lulusan SMK masih tertinggi dibandingkan dengan jenjang pendidikan lainnya.
Tren TPT Lulusan SMK 2019–2024
Selama lima tahun terakhir, TPT lulusan SMK mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada Agustus 2020, TPT lulusan SMK mencapai puncaknya di angka 13,55% akibat dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja. Setelah itu, TPT perlahan menurun hingga mencapai 9,01% pada Agustus 2024. Meskipun ada perbaikan, angka ini masih jauh di atas rata-rata TPT nasional yang hanya sebesar 4,91%. (Sumber)
<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866
Tren ini mencerminkan bahwa meskipun kondisi ekonomi membaik setelah pandemi, lulusan SMK masih menghadapi tantangan besar dalam memasuki pasar kerja. Penurunan TPT perlu terus dipertahankan melalui penguatan ekosistem ketenagakerjaan yang relevan dengan kebutuhan industri.
Perbandingan TPT Berdasarkan Jenjang Pendidikan
Jika dibandingkan dengan lulusan jenjang pendidikan lain, lulusan SMK memiliki TPT yang paling tinggi. Berikut adalah data TPT berdasarkan jenjang pendidikan pada Agustus 2024:
- SD ke Bawah: 2,32%
- SMP: 4,11%
- SMA: 7,05%
- SMK: 9,01%
- Diploma I/II/III: 4,83%
- Diploma IV/S1/S2/S3: 5,25%
TPT lulusan SMK yang mencapai 9,01% bahkan lebih tinggi dibandingkan lulusan Diploma dan Sarjana. Hal ini menandakan adanya tantangan dalam penyerapan tenaga kerja lulusan SMK oleh industri, meskipun lulusan SMK dirancang untuk langsung bekerja setelah lulus. (Sumber)
Ketidaksesuaian Keterampilan dan Kebutuhan Industri
Berdasarkan data distribusi lapangan kerja, sektor-sektor yang seharusnya menyerap lulusan SMK, seperti industri pengolahan dan perdagangan, menunjukkan adanya mismatch atau ketidaksesuaian keterampilan. Industri sering kali membutuhkan keterampilan yang lebih spesifik atau tingkat pendidikan yang lebih tinggi, yang tidak dapat dipenuhi oleh lulusan SMK.
<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866

Secara keseluruhan, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2022 mencapai 5,86%, atau sekitar 8,42 juta orang dari total angkatan kerja sebanyak 143,72 juta orang. Dari angka tersebut, lulusan SMK merupakan penyumbang terbesar, disusul oleh lulusan SMA dengan 8,57%, SMP sebesar 5,95%, serta lulusan Diploma IV, S1, S2, dan S3 yang berkontribusi sebesar 4,80%. Sementara itu, lulusan Diploma I/II/III mencatatkan TPT sebesar 4,59%, sedangkan lulusan SD ke bawah memiliki tingkat pengangguran terendah dengan 3,59%. (Sumber)
Karakteristik Pengangguran Lainnya
Kelompok Usia Muda (15-24 Tahun) Sebagian besar pengangguran di Indonesia berada pada kelompok usia muda. Data Sakernas menunjukkan bahwa kelompok usia ini memiliki TPT tertinggi secara keseluruhan, yaitu sebesar 17,32%. Angka ini mencerminkan bahwa banyak anak muda yang baru menyelesaikan pendidikan belum siap sepenuhnya untuk masuk ke dunia kerja. (Sumber)
Kawasan Perkotaan Penduduk kawasan perkotaan banyak menganggur dibandingkan di perdesaan. TPT di perkotaan mencapai 5,79%, lebih tinggi dibandingkan daerah perdesaan yang hanya 3,67%. Fenomena ini dapat dikaitkan dengan konsentrasi pusat ekonomi di kota yang memperbesar persaingan kerja. (Sumber)
Jurusan Penyumbang Pengganguran Terbanyak
Menurut data terbaru, tiga jurusan SMK yang berkontribusi besar terhadap angka pengangguran adalah Teknik Otomotif, Teknik Komputer dan Informatika, serta Teknik Mesin. Hal ini diungkapkan oleh Ali Said dalam acara Bincang Santai dengan Media terkait Berita Resmi Statistik: Keadaan Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2024 di Kantor Kemendikbudristek, Jakarta. (Sumber)
"Jurusan dengan tingkat pengangguran tertinggi adalah Teknik Otomotif, Teknik Komputer dan Informatika, serta Teknik Mesin. Ketiga jurusan ini memiliki banyak peminat, namun persaingan di dunia kerja juga sangat ketat. Lulusan SMK sering kali harus bersaing dengan lulusan perguruan tinggi dalam mencari pekerjaan, yang mana perusahaan cenderung lebih memilih lulusan dengan kualifikasi akademik lebih tinggi." (Sumber)
Selain itu, salah satu tantangan utama adalah minimnya program penyaluran lulusan SMK ke dunia kerja. Banyak lulusan yang tidak langsung mendapatkan pekerjaan setelah lulus karena kurangnya jaringan kerja antara sekolah dan industri. (Sumber)
Penyebab Tingginya Pengangguran Lulusan SMK
Menurut Menteri Ketenagakerjaan, salah satu faktor utama penyebab tingginya pengangguran lulusan SMK adalah mismatch atau ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri. Faktor lainnya meliputi:
- Kesenjangan antara kurikulum dan industri
Perubahan cepat di dunia kerja menyebabkan banyak lulusan SMK tidak memiliki keterampilan yang relevan. - Kurangnya pengalaman kerja
Lulusan SMK minim pengalaman, sehingga kurang kompetitif dibandingkan tenaga kerja berpengalaman.
<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866 - Terbatasnya peluang kerja
Jumlah lulusan SMK yang tinggi tidak sebanding dengan ketersediaan lapangan pekerjaan. - Minimnya program magang yang efektif
Tidak semua SMK memiliki kerja sama yang kuat dengan industri, sehingga siswa kurang mendapatkan pelatihan yang cukup.
Kondisi Ketenagakerjaan Nasional 2024
Jumlah angkatan kerja berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) pada Agustus 2024 mencapai 152,11 juta orang, meningkat 4,40 juta dibanding Agustus 2023. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) naik sebesar 1,15 persen poin dari tahun sebelumnya. Penduduk yang bekerja pada Agustus 2024 sebanyak 144,64 juta orang, mengalami kenaikan 4,79 juta dibanding Agustus 2023. (Sumber)
Sektor yang mengalami peningkatan terbesar adalah Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dengan tambahan 1,31 juta tenaga kerja. Pekerja dalam sektor formal mencapai 60,81 juta orang (42,05%), meningkat 1,16 persen poin dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, persentase setengah pengangguran meningkat sebesar 1,32 persen poin, sementara pekerja paruh waktu turun sebesar 0,46 persen poin. (Sumber)
Rata-rata upah buruh pada Agustus 2024 mencapai Rp3,27 juta per bulan, meningkat 2,81% dari tahun sebelumnya. Pekerja laki-laki menerima rata-rata upah Rp3,54 juta, sementara pekerja perempuan hanya Rp2,77 juta. (Sumber)
Sektor Pertambangan dan Penggalian mencatat upah tertinggi sebesar Rp5,23 juta, sedangkan sektor Aktivitas Jasa Lainnya mencatat upah terendah, yaitu Rp1,99 juta. Pendidikan juga mempengaruhi tingkat upah, dengan lulusan SD ke bawah memperoleh rata-rata Rp2,08 juta, sementara lulusan DIV/S1/S2/S3 mendapatkan Rp4,96 juta. Berdasarkan kelompok umur, pekerja berusia 55-59 tahun memperoleh upah tertinggi sebesar Rp3,93 juta, sementara kelompok usia 15-19 tahun menerima rata-rata Rp1,90 juta. (Sumber)
Provinsi dengan Tingkat Pengangguran Tertinggi dan Terendah

Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa tingkat pengangguran terbuka (TPT) per Februari 2024 sebesar 4,82 persen. Artinya, jika terdapat 100 orang dalam satu angkatan kerja, 5 di antaranya adalah pengangguran.
Kalangan anak muda berusia 15-24 tahun atau Gen Z menjadi kategori pengangguran paling tinggi. Penyumbang angka pengangguran terbanyak adalah lulusan SMK. Pengangguran terbuka mengacu pada persentase angkatan kerja yang secara aktif mencari pekerjaan tetapi saat ini tidak memiliki pekerjaan.
Hal ini sangat penting untuk memahami kesehatan ekonomi di berbagai daerah dan mengidentifikasi wilayah di mana upaya menciptakan lapangan kerja diperlukan.
Menurut data BPS, Banten merupakan provinsi dengan tingkat pengangguran tertinggi sebesar 7,02%, diikuti oleh Kepulauan Riau dan Jawa Barat, dengan tingkat pengangguran masing-masing sebesar 6,94% dan 6,91%. (Sumber)
DKI Jakarta dan Papua Barat Daya juga termasuk dalam lima besar daerah dengan tingkat pengangguran tertinggi, yaitu 6,03% dan 6,02%. Angka-angka ini menunjukkan tantangan pasar tenaga kerja yang signifikan di daerah-daerah ini, yang berpotensi disebabkan oleh faktor ekonomi, pergeseran industri, atau pertumbuhan populasi yang melebihi lapangan kerja yang tersedia. (Sumber)
Di sisi lain, Papua Pegunungan memiliki tingkat pengangguran terendah yaitu hanya 1,18%, diikuti oleh Papua Tengah sebesar 2,49%, dan Sulawesi Barat sebesar 3,02%. (Sumber)
Gorontalo dan Sulawesi Tengah juga memiliki tingkat pengangguran yang rendah, yaitu 3,05% dan 3,15%. Sekilas, tingkat pengangguran yang lebih rendah ini menunjukkan kondisi pasar kerja yang lebih baik di provinsi-provinsi di luar Jawa, mungkin karena kebijakan-kebijakan lokal yang efektif atau lingkungan ekonomi yang lebih stabil. Namun, hal ini mungkin juga dipengaruhi oleh populasi yang lebih padat di Pulau Jawa karena tingkat migrasi ke perkotaan yang tinggi. (Sumber)
Secara keseluruhan, jika melihat TPT provinsi tertinggi dan terendah, serta angka rata-rata nasional yang mencapai 4,82% akan menyoroti adanya kesenjangan antar wilayah. Provinsi-provinsi dengan tingkat pengangguran yang lebih tinggi mungkin membutuhkan intervensi yang ditargetkan untuk memicu pertumbuhan lapangan kerja dan pembangunan ekonomi. Sementara itu, provinsi dengan tingkat pengangguran yang lebih rendah dapat menjadi model bagi strategi ketenagakerjaan yang sukses. (Sumber)
Mengatasi kesenjangan ini sangat penting untuk menyeimbangkan pembangunan daerah dan memastikan pemerataan kesempatan ekonomi di seluruh Indonesia. (Sumber)
Faktor Penyebab Tingginya Pengangguran Lulusan SMK
Pemerintah telah berupaya mencetak tenaga kerja siap pakai melalui SMK, namun jumlah lulusan yang terus meningkat tidak diimbangi dengan peningkatan kualitas pendidikan. Menurut Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, saat ini terdapat sekitar 13.900 SMK swasta dan 3.400 SMK negeri. Sayangnya, banyak dari sekolah ini yang belum memenuhi standar industri, sehingga lulusannya sulit terserap oleh dunia kerja.
Langkah Pemerintah untuk Mengatasi Pengangguran SMK
Untuk mengatasi masalah ini, pemerintah telah menerapkan beberapa langkah strategis, termasuk:
- Revitalisasi Pendidikan Vokasi
Melalui Peraturan Presiden No. 68 Tahun 2022, pendidikan vokasi didorong untuk lebih selaras dengan kebutuhan industri. - Peningkatan kerja sama dengan dunia usaha dan industri
Diharapkan ada lebih banyak program magang dan pelatihan yang relevan bagi siswa SMK. - Penguatan ekosistem ketenagakerjaan
Pemerintah mengembangkan platform siap kerja yang mengintegrasikan pendidikan, pelatihan, sertifikasi, dan pasar kerja. - Meningkatkan pelatihan soft skills dan attitude
Dunia usaha menilai bahwa selain keterampilan teknis, attitude dan pengetahuan kerja juga menjadi faktor penting dalam penyerapan tenaga kerja.
Dengan langkah-langkah ini, diharapkan tingkat pengangguran lulusan SMK dapat ditekan dan mereka lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja. Jika berhasil, ini akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional serta kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan.
kesimpulan
Kesimpulan dari artikel tersebut menyoroti berbagai aspek yang berkontribusi terhadap tingginya tingkat pengangguran lulusan SMK di Indonesia, meskipun secara umum tingkat pengangguran di Indonesia mengalami penurunan dari tahun sebelumnya. Meskipun angka pengangguran secara keseluruhan turun, lulusan SMK tetap menjadi kelompok dengan tingkat pengangguran tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya.
Meskipun tingkat pengangguran nasional mengalami penurunan, lulusan SMK masih menjadi penyumbang pengangguran terbesar di Indonesia. Faktor utama yang menyebabkan hal ini adalah ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri, kurangnya pengalaman kerja, terbatasnya peluang kerja, dan minimnya program penyaluran tenaga kerja.
Beberapa jurusan SMK, seperti Teknik Otomotif, Teknik Komputer dan Informatika, serta Teknik Mesin, memiliki tingkat pengangguran yang lebih tinggi dibandingkan jurusan lainnya. Persaingan ketat di dunia kerja membuat lulusan SMK sering kali kalah bersaing dengan lulusan perguruan tinggi.
Pemerintah telah mengambil berbagai langkah untuk mengatasi masalah ini, seperti revitalisasi pendidikan vokasi, peningkatan kerja sama dengan industri, penguatan ekosistem ketenagakerjaan, dan pengembangan platform digital untuk pencari kerja. Jika langkah-langkah ini berhasil diterapkan dengan baik, maka diharapkan tingkat pengangguran lulusan SMK dapat ditekan, dan mereka lebih siap menghadapi tantangan dunia kerja.
Dalam jangka panjang, perbaikan sistem pendidikan vokasi dan peningkatan keterampilan tenaga kerja menjadi kunci utama dalam mengatasi pengangguran lulusan SMK. Jika pemerintah, industri, dan institusi pendidikan dapat bekerja sama dengan baik, maka lulusan SMK akan lebih mudah terserap ke dalam dunia kerja, sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866
You are not authorised to post comments.