• Durasi waktu baca karya: 30 menit

Tingkat Pengangguran di Indonesia 2024 Mengalami Penurunan, tetapi Lulusan SMK Masih Mendominasi

Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) kembali merilis data terbaru mengenai tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia untuk tahun 2024. Data ini diumumkan pada bulan Agustus lalu dan menunjukkan adanya tren penurunan jumlah pengangguran jika dibandingkan dengan data tahun sebelumnya, yakni 2023. sumber

Berdasarkan data yang dirilis, jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus 2024 tercatat sebanyak 7,47 juta orang (CNN Indonesia). Jika dibandingkan dengan angka di tahun 2023, jumlah ini mengalami penurunan sebanyak 390 ribu orang, yang mengindikasikan adanya perbaikan dalam sektor ketenagakerjaan di Tanah Air.

Jika dilihat lebih lanjut dari latar belakang pendidikan para pekerja, lulusan perguruan tinggi seperti Diploma IV (D4), Sarjana (S1), Magister (S2), dan Doktor (S3) mengalami peningkatan dalam hal kesempatan kerja. Hal ini berarti bahwa semakin banyak lulusan perguruan tinggi yang berhasil mendapatkan pekerjaan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. (detik.com)

Selain itu, tren positif juga terlihat pada lulusan Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP), di mana terjadi penurunan tingkat pengangguran di kelompok ini (detik.com). Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk peningkatan keterampilan tenaga kerja, program pelatihan dari pemerintah, serta meningkatnya peluang kerja di sektor-sektor informal yang banyak menyerap tenaga kerja dengan tingkat pendidikan lebih rendah.

Namun, meskipun secara keseluruhan terjadi penurunan angka pengangguran, lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) masih menjadi kelompok dengan tingkat pengangguran tertinggi. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun SMK dirancang untuk menyiapkan tenaga kerja siap pakai, masih ada kesenjangan antara keterampilan yang diajarkan dengan kebutuhan industri saat ini.

<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866

Data Pengangguran Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Data TPT
Data TPT 2018-2020
Data TPT
Data TPT tahun 2021-2023
Data TPT 2024

Untuk lebih jelasnya, berikut data pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan dari tahun 2019 hingga 2024:

SD ke Bawah

  • Tahun 2019: 2,39 persen
  • Tahun 2020: 3,61 persen
  • Tahun 2021: 3,61 persen
  • Tahun 2022: 3,59 persen
  • Tahun 2023: 2,56 persen
  • Tahun 2024: 2,32 persen

Perubahan tahun 2023-2024: -0,24 persen (sumber)

SMP

  • Tahun 2019: 4,72 persen
  • Tahun 2020: 6,46 persen
  • Tahun 2021: 6,45 persen
  • Tahun 2022: 5,95 persen
  • Tahun 2023: 4,78 persen
  • Tahun 2024: 4,11 persen

Perubahan tahun 2023-2024: -0,67 persen. (sumber)

SMA

  • Tahun 2019: 7,87 persen
  • Tahun 2020: 9,86 persen
  • Tahun 2021: 9,09 persen
  • Tahun 2022: 8,57 persen
  • Tahun 2023: 8,15 persen
  • Tahun 2024: 7,05 persen

Perubahan tahun 2023-2024: -1,10 persen (Sumber)

SMK

  • Tahun 2019: 10,36 persen
  • Tahun 2020: 13,55 persen
  • Tahun 2021: 11,13 persen
  • Tahun 2022: 9,42 persen
  • Tahun 2023: 9,31 persen
  • Tahun 2024: 9,01 persen

Perubahan tahun 2023-2024: -0,30 persen (Sumber)

D1/D2/D3

  • Tahun 2019: 5,95 persen
  • Tahun 2020: 8,08 persen
  • Tahun 2021: 5,87 persen
  • Tahun 2022: 4,59 persen
  • Tahun 2023: 4,79 persen
  • Tahun 2024: 4,83 persen

Perubahan tahun 2023-2024: 0,04 persen (Sumber)

D4/S1/S2/S3

  • Tahun 2019: 5,64 persen
  • Tahun 2020: 7,35 persen
  • Tahun 2021: 5,98 persen
  • Tahun 2022: 4,80 persen
  • Tahun 2023: 5,18 persen
  • Tahun 2024: 5,25 persen

Perubahan tahun 2023-2024: 0,07 persen (Sumber)

TPT lulusan SMK yang mencapai 9,01% bahkan lebih tinggi dibandingkan lulusan Diploma dan Sarjana. Hal ini menandakan adanya tantangan dalam penyerapan tenaga kerja lulusan SMK oleh industri, meskipun lulusan SMK dirancang untuk langsung bekerja setelah lulus.

Tantangan Lulusan SMK dalam Dunia Kerja

Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sering kali diharapkan menjadi tulang punggung tenaga kerja terampil di Indonesia. Namun, data terbaru dari Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2024 menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada lulusan SMK tetap menjadi yang tertinggi dibandingkan jenjang pendidikan lainnya, yaitu sebesar 9,01%. (Sumber)

Tren TPT Lulusan SMK 2019–2024

Selama lima tahun terakhir, TPT lulusan SMK mengalami fluktuasi yang signifikan. Pada Agustus 2020, TPT lulusan SMK mencapai puncaknya di angka 13,55% akibat dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan banyak perusahaan mengurangi tenaga kerja. Setelah itu, TPT perlahan menurun hingga mencapai 9,01% pada Agustus 2024. Meskipun ada perbaikan, angka ini masih jauh di atas rata-rata TPT nasional yang hanya sebesar 4,91%.(Sumber)

Rata-Rata Upah Buruh di Indonesia 2024

Rata-rata upah buruh pada Agustus 2024 sebesar 3,27 juta rupiah. Rata-rata upah buruh dari Agustus 2023 ke Agustus 2024 tumbuh 2,81 persen dari 3,18 juta rupiah menjadi 3,27 juta rupiah.

Rata-rata upah buruh laki-laki sebesar 3,54 juta rupiah sedangkan rata-rata upah buruh perempuan sebesar 2,77 juta rupiah. Rata-rata upah buruh tertinggi terdapat pada kategori Pertambangan dan Penggalian yaitu sebesar 5,23 juta rupiah, sedangkan terendah terdapat pada kategori Aktivitas Jasa Lainnya yaitu sebesar 1,99 juta rupiah.

Rata-rata upah buruh lebih tinggi daripada rata-rata upah buruh nasional terlihat pada 10 dari 17 kategori lapangan usaha. Rata-rata upah buruh berpendidikan DIV/S1/S2/S3 sebesar 4,96 juta rupiah, sedangkan buruh berpendidikan SD ke bawah sebesar 2,08 juta rupiah. Menurut kelompok umur, rata-rata upah buruh tertinggi sebesar 3,93 juta rupiah pada kelompok umur 55-59 tahun, sedangkan terendah sebesar 1,90 juta rupiah pada kelompok umur 15-19 tahun. (Sumber)

Penyebab Lulusan SMK Lebih Banyak Pengganguran

  1. Kompetensi keahlian lulusan SMK sering kali masih lebih rendah dibandingkan dengan yang dibutuhkan di dunia industri atau usaha, sehingga mereka berisiko kalah dalam persaingan kerja.

  2. Minimnya pengalaman kerja dapat menyulitkan lulusan dalam memperoleh pekerjaan, meskipun mereka telah mengikuti program PKL (Praktik Kerja Lapangan). Pengalaman yang didapat selama PKL bisa menjadi faktor utama dalam meningkatkan peluang mereka dalam menghadapi kompetisi di industri.

  3. Ketidaksesuaian keterampilan dengan kebutuhan industri menyebabkan angka pengangguran meningkat. Jika program pendidikan vokasi tidak selaras dengan permintaan pasar tenaga kerja, atau jika lulusan tidak memiliki kesempatan mengasah keterampilan yang relevan selama PKL/magang, maka kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan akan semakin besar.

  4. Kurangnya kepercayaan diri: Studi di Indonesia menunjukkan bahwa rendahnya rasa percaya diri dapat menjadi salah satu faktor utama penyebab tingginya angka pengangguran lulusan SMK. Hal ini bisa muncul karena kurangnya keyakinan terhadap kemampuan mereka sendiri atau persepsi bahwa pendidikan kejuruan kurang dihargai dibandingkan jalur pendidikan lainnya.

  5. Karakter individu: Faktor ini memainkan peran penting dalam kesuksesan seseorang di dunia kerja. Aspek seperti motivasi, etos kerja, dan kemampuan beradaptasi sangat menentukan keberhasilan dalam mendapatkan dan mempertahankan pekerjaan, terutama di perusahaan yang mengutamakan etika kerja.

  6. Faktor ekonomi: Kondisi ekonomi yang tidak stabil dapat menjadi hambatan bagi lulusan dalam mendapatkan pekerjaan, terlepas dari tingkat pendidikan mereka. Misalnya, di Jawa Timur, tingkat pengangguran lulusan SMK lebih tinggi dibandingkan lulusan perguruan tinggi akibat persaingan yang ketat di dunia kerja.

<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866

Tingginya angka pengangguran lulusan SMK di Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, seperti rendahnya kompetensi yang dimiliki dibandingkan dengan kebutuhan industri, minimnya pengalaman kerja, ketidaksesuaian keterampilan dengan permintaan pasar, serta kurangnya kepercayaan diri. Selain itu, karakter individu seperti motivasi dan etos kerja juga berperan penting dalam keberhasilan mencari pekerjaan.

Faktor ekonomi yang tidak stabil semakin memperburuk kondisi ini, membuat persaingan di dunia kerja semakin ketat. Oleh karena itu, diperlukan upaya konkret dalam meningkatkan kualitas pendidikan vokasi, memperkuat pelatihan keterampilan, serta membangun sinergi antara dunia pendidikan, industri, dan pemerintah untuk menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensi lulusan SMK.

Solusi untuk Mengatasi Pengangguran Lulusan SMK di Indonesia

  1. Meningkatnya jumlah pengangguran lulusan SMK menjadi perhatian serius bagi pemerintah. Berikut beberapa solusi yang dapat diterapkan untuk mengurangi angka pengangguran.
  2. Menyesuaikan tenaga pengajar produktif dengan kompetensi yang diajarkan. Guru harus terus meningkatkan profesionalisme dan memahami pendidikan vokasi secara mendalam guna meningkatkan kualitas pembelajaran di SMK.

  3. Memperkuat pelatihan vokasi dan keterampilan hidup (life skills) di berbagai tingkatan pendidikan agar lulusan lebih siap menghadapi dunia kerja dan industri.

  4. Meningkatkan kualitas pendidikan, terutama dalam aspek magang atau PKL. Menteri Pendidikan telah menekankan pentingnya perbaikan dalam sistem pembelajaran di SMK untuk menekan tingkat pengangguran di kalangan lulusannya.

  5. Memastikan kompetensi siswa sesuai dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri, sehingga lulusan lebih mudah terserap di pasar kerja.

  6. Mendorong inovasi dalam produksi dan pemasaran. Siswa harus dilatih untuk mengembangkan ide-ide kreatif yang menarik minat masyarakat terhadap produk atau jasa yang mereka tawarkan.

<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866

Selain itu, diperlukan langkah-langkah percepatan melalui strategi kompensasi yang menargetkan anak-anak dari keluarga kurang mampu agar mereka dapat memperoleh akses ke pendidikan berkualitas secara lebih merata. Dengan demikian, akan terbentuk masyarakat yang lebih sejahtera, adil, dan harmonis. Sinergi antara pemerintah, dunia usaha, dan institusi pendidikan juga menjadi faktor kunci dalam menciptakan lapangan kerja yang sesuai dengan kompetensi lulusan SMK.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, tingkat pengangguran di Indonesia pada tahun 2024 mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini mencerminkan perbaikan di sektor ketenagakerjaan yang didukung oleh berbagai faktor, seperti pertumbuhan ekonomi, kebijakan ketenagakerjaan yang lebih baik, serta meningkatnya keterampilan tenaga kerja. Namun, tantangan masih tetap ada, terutama bagi lulusan SMK yang masih menghadapi kesulitan mendapatkan pekerjaan.

Diperlukan upaya lebih lanjut untuk meningkatkan kesesuaian keterampilan lulusan dengan kebutuhan industri, serta memperkuat kebijakan pelatihan dan pendidikan vokasi. Program-program peningkatan keterampilan, kolaborasi dengan dunia industri, serta dorongan bagi wirausaha muda dapat menjadi solusi untuk mengurangi tingkat pengangguran di kalangan lulusan SMK.

Selain itu, pemerintah dan sektor swasta harus bekerja sama dalam menciptakan lebih banyak lapangan kerja berkualitas dengan meningkatkan investasi di sektor-sektor yang memiliki potensi besar dalam menyerap tenaga kerja. Kebijakan ketenagakerjaan yang lebih fleksibel, pemberian insentif bagi perusahaan yang aktif merekrut tenaga kerja lokal, serta peningkatan akses terhadap modal usaha bagi pelaku UMKM juga menjadi faktor penting dalam menurunkan tingkat pengangguran secara berkelanjutan.

Dengan berbagai kebijakan yang tepat dan berkelanjutan, diharapkan angka pengangguran di Indonesia terus mengalami penurunan, sehingga semakin banyak masyarakat yang mendapatkan pekerjaan layak dan meningkatkan kesejahteraan mereka di masa depan. Keberhasilan dalam mengurangi pengangguran juga akan berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi nasional serta meningkatkan daya saing tenaga kerja Indonesia di pasar global.

<< Kontak Syabab Camp >>
0895-3536-98866

You are not authorised to post comments.

Comments powered by CComment