Mas Lukman Bawafi adalah nama lengkap beliau. Saya mengenal beliau sejak kuliah. Waktu itu saya kebingungan harus mengambil judul apa untuk proyek Despro 4 saya. 

Sejarah Saya Kenal Mas Lukman

Mas Lukman Bawafi adalah nama lengkap beliau. Saya mengenal beliau sejak kuliah. Waktu itu saya kebingungan harus mengambil judul apa untuk proyek Despro 4 saya. 

Saya kemudian mendapatkan ide untuk mengambil judul : Redesain Mauquta, Jam Suara Adzan untuk Masjid. 

Waktu itu jam suara adzan masih untuk kebutuhan pribadi, yakni dipasang di rumah-rumah untuk kepentingan pribadi sebagai pengingat waktu sholat yang 5 waktu. 

Jam suara adzan ini dipasang di dalam bodi kaligrafi. Produk ini dijual secara menyatu dengan kaligrafi. 

Nah, waktu itu desain saya adalah redesain produk ini untuk kebutuhan masjid. Jadi saya redesain bentuk tampilannya. Mas Lukman ini telah membantu saya menyediakan alat (poros dalaman produknya) untuk kemudian saya masukkan ke desain saya. 

Alhamdulillah akhirnya lulus. 

Demikian sekilas awal-awal saya ketemu mas Lukman ini. 

Ketemuan untuk Sounding Syabab Camp

Dan pada hari ini saya ketemu lagi dengan beliau. Awalnya terbersit di benak saya bahwa Mauquta kan dijual ke masjid-masjid ya ? Jadi bukankah dengan demikian pastinya banyak data masjid yang bisa didatangi untuk membantu Syabab Camp ? 

Akhirnya tak cari kontak beliau kembali, dan ahaaa… alhamdulillah masih ada di Hp, lengkap dengan whatsappnya. Kemudian saya iseng Whatsapp dan kemudian akhirnya direspon oleh beliau dan akhirnya saya datangi. 

Sore itu kita janjian abis ashar. Saya nyampek sekitar jam 15.45. Pas kedatangan saya bersamaan dengan Bapak Farid dari masjid Ukhuwah Ikan Cucut Perak Surabaya. Beliau datang untuk menservis jam Mauquta-nya. 

Ternyata jam mauquta pak Farid sudah berumur ya, sudah sejak 2009. Di serviskan karena ada kerusakan. Dan ternyata masih bisa diperbaiki.

Sekitar 1 jam lama perbaikannya. After sales perusahaan Mauquta ini bagus juga. Meski sudah lama masih bisa dibantu servis. 

Selfie berdua dulu bersama pak Bos Mauquta

Ngalor ngidul Bincang Masjid dan Bisnis Jam Adzan

Setelah kami berdua (saya dan pak Farid) menunggu kurang lebih 15 menit, tak lama kemudian mas Lukman datang, Sambi menunggu servisan tersebut, kita banyak ngobrol bertiga tentang dinamika jam digital suara adzan dan mengelola masjid. Lumayanlah dapat tambahan pengetahuan bisnis ini dan bagaimana dalam pengelolaan masjid. 

Saya jadi ingat dulu saya juga pernah menjadi pegawai masjid. 3 tahun saya bekerja di LMZIS (Lembaga Manajemen Zakat Infak dan Sedekah) Masjid Manarul Ilmi ITS, masjidnya kampus tercinta. 

Sebelumnya saya juga pernah tidur di masjid selama kurang lebih beberapa bulan di Masjid Al Ikhlas Ngagel Wasana Surabaya. 

Sehingga saya sedikit-sedikit mengertilah seluk beluk dalam mengelola masjid. Ternyata masing-masing masjid memiliki karakteristik yang berbeda-beda. 

Dalam mengelola masjid identik dengan ngurusin orang. Banyak kepala tentunya banyak keinginan. Ada yang ingin ini ada yang ingin itu. Sebagai pengurus harus sabar dalam melaksanakan pelayanan. 

Selain itu dengan adanya sumbangan, entah itu alat atau barang lain, sumbangan tersebut kudu dioperasikan. Tidak boleh nganggur.

Nanti kalau tidak dioperasikan, dapat membuat yang menyumbang jadi mutung. Ya itulah psikologi, ilmu dasar kepribadian manusia. Kudu diterapkan juga dalam pengelolaan masjid. 

Dialog Proposal Syabab Camp

Setelah ngobrol bareng pak Farid beberapa waktu, akhirnya saya dapat kesempatan untuk ngobrolin maksud utama saya datang ke Mas Lukman.

Saya datang dalam rangka sounding dan kemungkinan kerjasama dalam mendirikan “sekolah informal” Syabab Camp ini. 

Setelah ada momen pembicaraan kesana segera saya keluarkan proposal saya dan obrolin aja dengan mas Lukman. Alhamdulillah beliau sangat welcome

Mas Lukman sendiri di sisi sosialnya beliau juga ikut berpartisipasi dalam mengembangkan sebuah pondok. Pondok tersebut berorientasi pada pembelajaran Bahasa Arab.

Pondok tersebut ada di Jogya dan dikelola oleh kakak beliau. Namanya adalah Pondok Pesantren Tamrinut Tullab - Yayasan Pendidikan MauQuta kontaknya ini --> 0812-1595-852

Untuk map-nya sebagaimana berikut : 

https://maps.app.goo.gl/6PhSJk89MAxaPogs6

“Kakak saya kan lulusan UIN (Jogja) ya, jadi beliau konsen ke pembinaan bahasa Arab. Saya support beliau.” begitu sekilas ungkapan beliau yang saya tangkap bernada menerangkan. 

Sekilas kemudian kita terlibat dalam obrolan tentang visi-visi Syabab Camp. Sambil membolak-balik proposal, saya bantu menerangkan apa maksud yang saya tulis dalam proposal. 

Pada intinya mas Lukman mendukung sekali kegiatan Syabab Camp. Beliau berjanji untuk menghubungkan saya dengan salah seorang temannya yang memang konsen untuk mencari dana bagi pembinaan pembelajaran bagi anak-anak Yatim. 

Ya sudah, berarti ada kecocokan. Nantinya tinggal nge-klop-kan saja. Saya yang bagian membuat dan mengurusi sekolahannya, sementara teman beliau bisa bantu di pendanaan. Alhamdulillah ada setitik terang arah kerjasama. 

Sempat terceletuk juga untuk database masjid yang pernah membeli produk Mauquta ke mas Lukman. InsyaAllah bisa aja kedepannya kita pakai database itu untuk menawarkan kerjasama-kerjasama kelas dengan berbagai masjid tersebut. 

Ilmu Wawasan Bisnis dari Mas Lukman

Sambi ngobrolin prospek kerjasama, tentu saja saya juga cari-cari celah lain pengetahuan yang mungkin bisa saya ambil ibrohnya. Inilah style saya ya. Hehe… cari tambahan pengetahuan. 

Karena mas Lukman adalah seorang pengusaha, maka saya korek pengalaman beliau dalam mengelola Mauquta.

Memang jelas tidak banyak hal yang bisa didapatkan untuk pertemuan hanya sekitar sejam tersebut. Tapi setidaknya dapat satu dua wawasan baru, bolehlah. 

Yang paling menjadi perhatian saya dari bisnis mas Lukman ini adalah ketekunan beliau dalam berbisnis. Jelas bahwa Mauquta adalah model bisnis yang menciptakan budaya baru bagi masjid. 

Tidak mudah bisnis di bidang ini mengingat sebelumnya tidak ada untuk kemudian dimunculkan sebagai hal baru. Dulu sebelum produk ini ada, kayaknya tidak ada masjid yang pake jam countdown seperti ini dimana setiap kali menjelang adzan dan iqomah muncul informasinya.

Tentunya akan terjadi pertentangan. Karena sebuah produk yang mencanangkan perubahan budaya biasanya ada saja orang yang menolaknya. 

Apalagi untuk masjid, dimana bisa saja dianggap sebagai menciptakan “bid’ah”, yakni tambah-tambahan dalam agama. Tentu tidak mudah mengimplementasikannya. 

Jawab mas Lukman kurang lebih seperti ini : 

Bahwa ketika kita sudah berbisnis, kita harus fokus. Manusia itu punya nafsu. Jangan ikuti nafsu tersebut. Fokus di bisnis kita saja. Jalani. Jangan beralih. 

Riilnya begini : 

Manusia itu dalam bisnis itu kan sebenarnya ada 3 faktor ya. Yakni faktor pribadi, faktor internal, dan faktor eksternal. Dalam ketiga faktor ini akan ada aja muncul masalah. Kita tidak boleh meninggalkannya, masalah harus dicari solusinya. 

Pertama : Faktor pribadi

Yang dimaksud faktor pribadi adalah faktor diri kita sendiri. Ketika kita sedang berbisnis dan mulai kelihatan hasilnya, nafsu ini tidak bisa dibohongi. Ada saja godaan.

Entah itu gaya hidup, atau bisa juga tawaran bisnis lain. Kita harus kuat, jangan mudah terbawa. 

“Okelah mungkin bisa klo sekedar investasi, tapi jangan nyebur. Karena kita bisa kehilangan apa yang telah kita bangun di bisnis sebelumnya.

Bagi saya, lebih baik saya kehilangan uang untuk “membantu” bisnis orang (karena saya tidak ikut terjun di dalamnya), daripada saya harus kehilangan bisnis yang telah saya bangun sebelumnya karena saya tinggalkan.” terang beliau. 

Super sekali saya kira ilmu ini. Bagus klo kita terapkan agar fokus. 

Kedua : Faktor Internal

Kemudian faktor internal adalah segala faktor yang berkaitan dengan internal perusahaan kita. 

Semisal keadaan pegawai kita yang sering orang keluar masuk menjadi pegawai kita. Maka ini pasti ada masalah. Entah apa masalahnya, harus kita pecahkan. 

Kalau perusahaan kita baik-baik saja, maka orang amat sedikit yang keluar masuk menjadi pegawai kita. Maka permasalahan ini harus dicari apa penyebabnya untuk kemudian dicarikan solusinya. 

“Bisa saja masalahnya adalah karena lingkungan yang tidak disukai. Atau bahkan bisa saja karena insentif yang tidak sepadan. Maka ini semua harus dicari solusinya.” beliau menerangkan. 

Ketiga : Faktor Eksternal

Kemudian faktor ketiga adalah faktor ekternal. Tentu yang dimaksud disini adalah faktor-faktor luar yang mempengaruhi, semisal kompetitor. Maka kita juga harus bisa mencari solusi bagaimana strategi memenangkan persaingan. 

“Mauquta ini banyak kompetitornya sekarang. Apalagi produk-produk China… waduw, murah-murah lagi…” beliau terangkan.

“Lalu bagaimana strategi menghadapinya mas ?” pertanyaanku

Beliau jawab : “Ya saya cari celahnya.” 

Maksudnya adalah membandingkan keunggulan produk kita dibanding pesaing. Jika pesaing lebih murah maka produk kita lebih berkualitas. Kita fokus menerangkan di kelebihan produk kita. 

Produk China banyak kekurangannya, semisal software yang error dan juga after sales-nya yang tidak ada. Mauquta bisa bersaing dari sisi tersebut. Software Mauquta terbukti handal, terus dikembangkan, dan ada after sales pastinya. 

Demikian hal-hal ilmu yang di share oleh mas Lukman. Seorang pengusaha yang ulet dan cukup luar biasa menurut saya. 

Dari yang awalnya waktu itu (saat saya masih Despro 4), rumahnya masih terbuka banyak angin (dimana rumah dengan bengkel masih jadi satu), sekarang sudah menjadi sebuah gedung 3 lantai dengan beberapa mobil operasional di halamannya. Sayang gedungnya belum saya foto. Semoga lain kali bisa mengabadikan. 

Semoga pula ke depannya ada kerjasama yang solid dengan Syabab Camp yang masih merintis ini. Aamiin. 

Mau pesan produk Mauquta ? Bisa lewat saya. Hehehe… 

NB : Sebenarnya saya ada ide untuk menciptakan Blue Ocean pemasaran Mauquta, tetapi nanti dulu lah. Namanya juga baru ide, butuh diuji dulu. 

Join menjadi Companion Syabab Camp ! Nanti bisa tak kenalin Mas Lukman. hehe....

<< Tanya Lebih Lanjut >>
0895-3536-98866