• Durasi baca: 5 menit

Lebaran kali ini bener-bener beda. Biasanya, pagi-pagi udah di rumah, dikelilingi keluarga besar, sambil nunggu giliran salat Idul Fitri bareng-bareng. Tapi, hari ini, meski jauh dari rumah, aku tetep bangun pagi dengan semangat.

Di perantauan, meski nggak ada keluarga besar, tetep ada semangat Lebaran yang bikin hati hangat. Begitu selesai shalat Subuh, aku langsung siap-siap buat ikut salat Idul Fitri di masjid dekat rumah. Rasanya aneh sih, karena biasanya keluarga aku udah pada kumpul, tapi kali ini cuma ada teman-teman yang juga lagi jauh dari rumah.

Shalat Ied kali ini sedikit berbeda. Meski banyak orang, tetap aja rasanya ada yang kurang tanpa keluarga di sisi. Tapi, aku coba nikmatin suasana, meresapi tiap doa, dan berharap bisa berkumpul keluarga besar lagi secepatnya.

Setelah selesai, ada sesi halal bihalal. Walaupun rasanya agak canggung, aku tetap ikut salam-salaman, saling memaafkan meski kita nggak terlalu kenal.

Siang harinya, ayah ngajak kita jalan ke rumah masnya ayah di Sidoarjo. Jaraknya lumayan jauh, tapi karena semangat Lebaran

Meskipun nggak seramai Lebaran di kampung halaman, tetap aja seru bisa ketemu dan ngobrol bareng. Kita nggak cuma ngobrol aja, tapi juga foto-foto. Rasanya senang banget bisa bertemu meski cuma sebentar.

Abis itu, kita nggak langsung pulang, melainkan mampir ke Alun-Alun Sidoarjo. Udah lama nggak main ke tempat umum kayak gini, jadi seru banget bisa foto-foto dan menikmati suasana Lebaran di luar.

Banyak orang yang lagi berkumpul, bikin suasana makin hidup. Kita sempat keliling, lihat-lihat, sambil ketawa-ketawa bareng. Ada rasa rindu dengan kebersamaan seperti ini, yang biasanya ada di rumah waktu Lebaran.

Meskipun jauh dari kampung halaman, di Alun-Alun itu aku merasa nggak sendirian. Ada banyak keluarga, teman-teman, dan orang-orang yang juga merayakan dengan cara mereka.

Rasanya sedikit mengobati rindu. Tapi, nggak bisa dipungkiri, tetap ada perasaan kehilangan. Lebaran di perantauan emang seru, tapi nggak bisa menggantikan kehangatan keluarga di rumah.

Pulang dari Alun-Alun, kita makan bakso bareng-bareng. Ada yang pesen bakso urat, Mie ayam, pokoknya semuanya seru. Di momen itu, aku sadar kalau meskipun jauh dari rumah, kebersamaan itu yang tetap bikin Lebaran terasa spesial.

Bakso yang biasa aja jadi terasa lebih enak, karena bisa makan bareng orang-orang yang kita sayang. Ada tawa, ada cerita, dan tentunya ada rasa syukur karena masih bisa bersama meski hanya di perantauan.

Hari pertama Lebaran di perantauan ini mengajarkan aku banyak hal. Bahwa Lebaran bukan hanya tentang berkumpul di rumah, tapi juga tentang menjaga kebersamaan meski terpisah jarak.

Rindu kampung halaman memang nggak bisa dipungkiri, tapi aku bersyukur bisa tetap merayakan dengan orang-orang yang aku cintai. Semoga tahun depan, bisa lebih lengkap lagi, bisa berkumpul bareng keluarga di rumah, dan merayakan Lebaran dengan lebih meriah.

You are not authorised to post comments.

Comments powered by CComment