Namanya manusia itu wajar ketika hati terbolak-balik dimana kadang semangat tetapi kadang mau putus asa, kadang kuat, kadang rapuh. Itu semua biasa saja.

Namanya manusia itu wajar ketika hati terbolak-balik dimana kadang semangat tetapi kadang mau putus asa, kadang kuat, kadang rapuh. Itu semua biasa saja.

Hal itu Sudah barang tentu biasa karena hati manusia berada di antara jari-jemari Allah. Terserah Allah berkehendak nya kemana hati manusia ini ini akan Dia balik. Yang bisa kita lakukan hanyalah berdoa semoga hati kita ditetapkan pada jalan yang benar. 

Malam ini terasa saya begitu lemah. Rasanya kesendirian yang saya alami membuat saya seperti tidak berdaya. 

Hembusan Was-was Setan

Setan terus menghembuskan keragu-raguan terhadap diri dan jiwa saya.

Apakah kira-kira saya mampu untuk memperjuangkan ini semua dengan segenap kekuatan saya yang tidak seberapa ini ? Apakah saya bisa mengelola pekerjaan yang demikian banyak hanya sendirian ? Begitulah kira-kira setan menghembuskan was-wasnya.  

Yang namanya merintis tentu tidak bisa langsung  gede dengan merekrutbanyak orang. kecuali engkau memiliki dana yang besar sehingga bisa membuat sebuah tim. 

Visi Hidup

Saya berpandangan bahwa manusia hidup dari visi yang diperjuangkannya.Jika visi yang diperjuangkan sekedar materi duniawi maka seperti itulah kehidupan yang sebenarnya walaupun dia hidup seperti mati. Hal ini karena perjuangannya sekedar untuk dirinya. 

Lain halnya jika seseorang itu memperjuangkan sesuatu untuk masyarakat. Maka sesungguhnya dia benar-benar hidup. 

Saya ingin menjadi bagian dari mereka yang benar-benar ingin memperjuangkan sesuatu untuk masyarakat.

Tentunya yang dilempari oleh kesadaran yang tinggi bahwa segala sesuatu yang saya perjuangkan tersebut adalah demi mengharap ridho Allah subhanahu wa ta'ala semata. 

Suasana Dingin

Bulan-bulan ini Sidoarjo memasuki bulan curah hujan yang sangat tinggi. Dimana-mana banyak terjadi banjir. 

Sementara di malam hari suhu begitu dingin. Rasanya beristirahat bersama keluarga begitu nikmat sambil makan cemilan di depan televisi. Atau scrolling sosial media di HP. 

Namun saya tidak bisa seperti itu. Pikiran saya melanglang buana memikirkan gimana agar Syabab Camp bisa besar. 

Ingat Umur

Umur saya sudah 42 tahun. Angka harapan hidup semakin menipis. Kalau bisa mencapai umur Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam maka harapan hidup tinggal 21 tahun. 

Angka segitu harus benar-benar dimanfaatkan sebaik-baiknya. Syukur kalau bisa lebih cepat beberapa tahun Syabab Camp sudah bisa didelegasikan ke kader yang lebih muda nantinya.

Tinggal saya bisa fokus ibadah lihat saja dan cukup menjadi penasehat. Ya tentu kita ingin umur panjang dan barokah dan selama mungkin mendedikasikan hidup untuk perjuangan. 

Saya punya cita-cita bahwa kalau mati nanti, saya harus bisa meninggalkan sesuatu hal amal jariyah yang walaupun saya telah mati amal tersebut terus mengalir pahalanya kepada saya.

Itulah motivasi terbesar saya dalam mengejar agar Syabab Camp ini berhasil. Saya hanya bisa berdoa agar hati saya bisa istiqomah disana. 

Ya maklum saja pengalaman saya yang lebih dari 15 tahun menekuni dunia bisnis tidaklah mulus. Saya tempat beberapa kali berganti bisnis.

Walaupun yang saya tekuni yang utama adalah berjualan software sistem informasi, tapi saya juga sempat beberapa kali tergoda untuk ngikutin bisnis orang lain. Setelah saya sadari akhirnya saya kembali ke bisnis sistem informasi.

Pengalaman-pengalaman seperti itu sedikit banyak mempengaruhi pola pikir saya yang mana lebih cenderung ada sisi traumatis-nya untuk mencoba hal baru.

Malam ini saya hanya bisa berdoa kepada Allah Subhana ta'ala agar hati ini dikuatkan untuk fokus dan istiqomah di jalannya.

Mohon maaf dari curhatan.