Karena bawaannya anak-anak ini kecenderungannya menjauh dari sistem yang sedang kita jalankan untuk mereka. Tidak serta merta ketika kita beri motivasi mereka langsung senang dan menjiwai apa yang kita berikan.
Mengurusi anak-anak itu tidak mudah. Karena disana dibutuhkan kesabaran, keuletan, ketelatenan, dan keteladanan,
Karena bawaannya anak-anak ini kecenderungannya menjauh dari sistem yang sedang kita jalankan untuk mereka. Tidak serta merta ketika kita beri motivasi mereka langsung senang dan menjiwai apa yang kita berikan.Jangan pernah berpikir seperti iitu.
Jangan percaya dengan wajah innocent mereka. Seringnya di balik wajah innocent tersebut ada manipulasi.
Sebagai contoh misalnya pada hari ini Sabtu kemarin, di mana saya programkan bahwa hari Sabtu mereka masuk untuk mengikuti kegiatan olahraga sebagaimana biasanya tiap pekan juga seperti itu.
Masuk langsung ke lapangan jam 6.30 pagi. Kemudian agendanya setelah olahraga langsung ke kelas untuk mengikuti pelajaran berikutnya sampai dengan jam 2 siang baru pulang.
Sudah ditetapkan jadwal jam 6.30 harus sudah di lapangan ternyata jam 07.45 baru mereka nyampe. Alasannya biasanya karena terlambat bangun. Itupun dari 4 anak harusnya hadir, hanya dua anak yang hadir..
Yang lebih menjengkelkan lagi adalah setelah olahraga mereka tanpa pamit langsung pulang Jadi antara jam 9 sampai dengan jam 2 siang mereka tidak mengikuti pelajaran tanpa ada keterangan sama sekali.
Seperti diketahui bahwa walaupun kelas biasa tanpa ada olahraga sering juga mereka terlambat masuk. Dimana ditetapkan jam 8 pagi tepat masuk langsung kerja sering mereka jam 8.15 atau 8.30 baru datang
Bahkan yang lebih menyesakkan lagi adalah mereka memanfaatkan salah satu anak magang yang lain (beda sekolah) untuk mengantar mereka ke stasiun.
Perlu diketahui bahwa mereka rumahnya luar kota sehingga untuk akhir pekan pulang harus ke stasiun kereta api. Sebenarnya bukan masalah jika mereka mau pamit misalkan ada suatu yang yang mendadak atau dibutuhkan.
Tapi mereka tidak pamit pada kesepakatan yang sudah dari awal sepakat untuk masuk dari jam 9 sampai dengan jam 02.00 pada hari Sabtu. Kejadian seperti ini sebenarnya sudah sering ketika mereka melanggar kesepakatan yang sudah ditentukan dari awal.
Beberapa kali izin sakit atau izin untuk tidak masuk karena ada kegiatan diluar kegiatan magang. Terlalu sering mereka izin untuk kegiatan-kegiatan diluar kegiatan magang.
Dan kalau kita perhatikan absen nya hampir 30% lebih dimana keterangannya adalah izin atau sakit. Dari sini saya semakin curiga ini sakit beneran apa hanya main-main.
Karena kalau kita lihat ternyata anak yang sakit ini keesokan harinya bisa mengikuti kegiatan olahraga. Katanya hari sebelumnya panas demam dan batuk.
Tapi kenyataannya besoknya masuk dan bisa olahrga. Yang saya herankan sakitnya cepat sekali sembuh. Dan demikian pula seperti anehnya bahwa seperti beredar sakit ini.
Dimana ketika satu sembuh berikutnya yang lainnya sakit. Kemudian keesokan harinya yang lainnya lagi sakit. Demikian seterusnya. Tentu normalnya hal seperti ini membuat saya curiga. Ini sakit beneran apa pura-pura.
Disinilah dibutuhkan ketelatenan dan kesabaran saat menghadapi anak-anak yang model seperti ini. Mereka tidak mengetahui betapa pentingnya yang diajarkan untuk masa depan mereka karena mereka belum menjalani sendiri.
Mereka belum mengetahui apa yang akan mereka hadapi nanti di kehidupan setelah lulus sekolah. Sehingga kesan seolah-olah meremehkan terhadap kegiatan di tempat magang begitu terasa.
Yang saya rasakan seakan-akan mereka ini tidak ada gairah sama sekali saat mengikuti materi materi yang diajarkan. Pokoknya hanya gimana caranya mendapatkan nilai. Yang lain-lain bukan urusan saya, begitu pikir mereka.
Beberapa kali saya kasih motivasi namun beberapa kali pula akhirnya juga meremehkan. Kembali ke settingan awal.
Saya sudah berkali-kali juga mengatakan bahwa jika kalian memang tidak suka dengan yang saya ajarkan, kalian boleh pergi dan tidak perlu mengikuti kegiatan magang di sini. Namun kembali mereka berjanji untuk mengikuti dengan baik dan sekali lagi dilanggar lagi.
Sungguh mengherankan jika di tempat magang tingkat absensi mencapai 30% lebih sementara di sekolah hampir setiap hari masuk gimana absennya kurang dari 5%.
Ketika saya tanya ada salah satu yang mengatakan karena perbedaan cuaca antara di tempat asalnya dengan Sidoarjo. Padahal kalau kita cek secara suhu ternyata sama saja, bahkan lebih panas di tempat asal. Intinya tidak jauh berbeda suasananya.
Dan yang lebih mengherankan lagi dimana periode sebelum-sebelumnya, yang pernah magang ke Syabab Camp tidak seperti ini. Kakak kakak kelasnya dulunya lebih serius dan aktif manut manut ketika diberi tugas. Dan setiap hari selalu masuk.
Ketika menemui siswa yang seperti ini, sebagai pembimbing kita memang harus banyak-banyak bersabar.
Kecenderungan mereka lebih banyak meremehkan apa yang kita berikan dan waktu yang telah kita keluarkan untuk membimbing mereka memang seringkali membuat kita mengelus dada. Tapi kalau kita kembalikan bahwa kita mengajar adalah lillahi ta'ala maka hati kita jadi lebih lapang.
Walaupun sudah dilaporkan ke guru pembimbing mereka sepertinya juga tidak banyak membantu. Bisa jadi ke depannya kalau pembelajaran tidak berhasil, akan kita keluarkan yang seperti ini dan lebih baik mengajar siswa yang memang memiliki komitmen dan dedikasi.
Sekali lagi,
Kecenderungan siswa yang yang meremehkan terhadap materi yang kita berikan dan tidak ada rasa sungkan terhadap waktu yang telah kita berikan untuk membimbing mereka walaupun bimbingan ini sifatnya gratis, tentu cukup menyesakkan dada.
Apalagi ketika nilai sudah diberikan, sedikit permintaan bantuan dari mereka ke kita tidak mereka lakukan. Semisal sekedar untuk memberikan rating bintang dan komen pada sosial media bisnis kita mereka acuhkan.
Pengalaman saya membimbing anak magang pernah selama satu periode magang yakni 3 bulan tugas yang saya berikan tidak mencapai walaupun hanya sepertiga dari yang saya targetkan.
Padahal sudah saya wanti-wanti dari awal bahwa targetnya segini kalau kurang nilainya segini dan saat ini baru tugas kalian mencapai ini. Kalau kalian tetap seperti ini sampai selesai ini niscaya kalian tidak akan lulus.
Jawabnya hanya iya-iya saja. Tapi kenyataannya setelah selesai pun paling banyak hanya sepertiga tugas yang terlaksana.
Kegiatan asistensi sebenarnya juga terus saya pacu agar mereka setiap kali bertemu saya untuk asistensi agar tugas cepat selesai. Tapi kenyataannya tugasnya selalu saja tidak dikerjakan dan tidak ada progres.
Bahkan tugas yang yang sudah saya berikan kisi-kisinya begini dan begitu, masukan saya yang sangat jelas dan berkali-kali, ya tetap saja tidak diimplementasikan ke tugas mereka.
Bolak-balik saya kasih masukan tetap saja masukan saya ini dilupakan lagi di tugas berikutnya dan seterusnya. Jelas hal-hal seperti ini sangat membuat sebal. Apalagi diketahui bahwa ketika saya tidak ada mereka lebih banyak tidur-tiduran saja tidak mengerjakan apa-apa.
Namun ironisnya, ketika mencapai deadline tentu saja mereka tetap ingin lulus dan meminta nilai yang bagus ke saya (minimal standar kelulusan).
Alasannya magang sudah selesai dan harus setor nilai ke sekolah. Padahal kenyataannya, standar mereka sebenarnya jauh dari kata lulus. Kan miris yang seperti ini.
Maka dari itu kemudian saya coba tawarkan kesepakatan dengan mereka, jika kalian ingin nilai lulus maka saya beri sekarang nilai lulus akan tetapi ada syaratnya.
Nanti setelah saya berikan nilai kalian harus mengerjakan tugas-tugas yang belum terlaksanakan. Kalian bisa sampaikan ke saya kapan tugas tersebut akan kalian setorkan yakni tanggalnya.
Oke deal terjadi kesepakatan bahwa mereka akan mengerjakan tugas yang belum setelah nilai diberikan pada tanggal sekian..
Lalu saya janji ke mereka jika kalian tidak menyelesaikan tugas-tugas kalian tersebut maka urusan kalian adalah dengan Yang Maha Kuasa, karena nilai sudah saya berikan. Kalian wajib menyetorkan tugasnya atas nilai yang telah kalian terima. Oke mereka menyetujui.
Dan seperti kita duga, sudah berjanji seperti itu tetap tidak ada yang menyelesaikan pekerjaannya. Nilai mereka bawa tapi pekerjaan tidak dikerjakan.
Disini saya merasa benar-benar nelongso seperti dikadalin sama anak-anak.
Ya inilah lika-liku membimbing anak-anak magang. Hati harus benar-benar legowo dengan niat lillahi ta'ala Semata. Kalian terima apa yang saya sampaikan maka Alhamdulillah itu karena Allah Semata, namun meremehkan maka itu urusan kalian dan resikonya kalian tanggung sendiri di kemudian hari.