Hari ini adalah pengalaman pertamaku mendaki gunung! Aku merasa sangat antusias sekaligus sedikit gugup karena ini adalah pertama kalinya aku melakukan pendakian. Aku mendaki Gunung Bekel yang terletak di daerah Mojokerto bersama ayah dan temanku.
Gunung Bekel merupakan anak dari Gunung Penanggungan. Awalnya, aku hanya berencana pergi berdua dengan temanku, tetapi bunda merasa lebih aman jika ayah ikut serta menemani. Aku pun tidak keberatan, karena ayah juga cukup berpengalaman dalam hal seperti ini. Kehadiran ayah membuatku merasa lebih tenang dan percaya diri.
Saat perjalanan dimulai, aku langsung merasakan betapa menyenangkan mengeksplorasi alam secara langsung. Suasana hutan yang sejuk dan udara yang segar memberikan ketenangan tersendiri.
Aku bisa mendengar suara burung berkicau, dedaunan bergemerisik diterpa angin, serta langkah kaki kami yang menyentuh tanah dan bebatuan.
Trek pendakian Gunung Bekel ternyata cukup menantang. Jalurnya tidak landai, bahkan lebih banyak menanjak dengan bebatuan besar yang cukup licin. Aku sempat terkejut dan merasa sedikit kewalahan karena ini adalah pengalaman pertamaku mendaki.
Setiap langkah terasa menguras tenaga, tetapi aku tidak ingin menyerah begitu saja. Aku terus bersemangat melangkah, menatap puncak sebagai tujuan akhir yang harus kucapai.
Gunung Bekel memiliki empat pos peristirahatan. Di setiap pos, kami berhenti untuk beristirahat dan mengonsumsi logistik (persediaan seperti bahan pangan selama mendaki). Setelah merasa cukup beristirahat, kami melanjutkan perjalanan kembali.
Di sepanjang perjalanan, kami bertemu dengan beberapa pendaki lain yang sedang turun dari puncak. Mereka sangat ramah meskipun kami belum saling mengenal. Mereka juga memberikan semangat kepada kami agar tetap berjuang mencapai puncak.
Aku merasa sedikit tertipu dengan ketinggian Gunung Bekel. Gunung ini dikenal memiliki ketinggian 1.238 mdpl (meter diatas permukaan laut), tetapi entah mengapa perjalanan menuju puncaknya terasa lebih panjang dan melelahkan.
Jalannya sangat menanjak dengan bebatuan yang licin. Aku bahkan sempat terpeleset saat mencoba melewati salah satu jalur berbatu yang cukup sulit.
Di sana, terdapat berbagai situs sejarah yang bisa dijumpai di lereng barat. Di wilayah ini, ada petirtaan Jolotundo yang mana pada masa peninggalan leluhur Hindu pada zaman dahulu. Kini, petirtaan Jolotundo banyak didatangi oleh penganut agama Hindu untuk tempat sembahyang.
Saat melewati trek pendakian, kita melewati banyak situs bersejarah, seperti Candi Bayi dan Candi Putri. Selain itu, ada pula Candi Pura dan Candi Naga yang terletak di perbatasan Gunung Penanggungan.
Keberadaan situs-situs ini menambah daya tarik tersendiri dalam perjalanan, memberikan nuansa sejarah yang kental di tengah keindahan alam.
Setelah melewati perjalanan yang cukup panjang dan menguras tenaga, akhirnya kami sampai di puncak Gunung Bekel. Kami tiba di puncak sekitar pukul 12 siang, setelah memulai pendakian dari basecamp pada pukul 8 pagi.
Waktu yang kami habiskan cukup lama karena sering berhenti untuk beristirahat dan mengambil foto sebagai dokumentasi perjalanan.
Saat berada di puncak, kami menghabiskan waktu untuk beristirahat sambil menikmati pemandangan alam yang begitu indah. Aku terus dibuat takjub dengan keindahan pemandangan yang terlihat dari ketinggian.
Kami juga menyantap logistik yang kami bawa serta mengabadikan momen dengan berfoto. Setelah merasa cukup menikmati suasana puncak, kami memutuskan untuk turun karena mulai muncul kabut yang cukup tebal.
Ketika kami mulai berjalan turun, hujan mulai turun perlahan. Beruntung, saat itu kami sudah sampai di pos 4 yang terdapat warung kecil. Kami pun memutuskan untuk berhenti sejenak, membeli Pop Mie dan teh hangat sembari menunggu hujan reda.
Setelah hujan mereda, kami kembali melanjutkan perjalanan turun. Namun, sesampainya di pos 3, hujan kembali turun sangat deras. Meskipun begitu, kami tetap melanjutkan perjalanan dengan berjalan perlahan agar tidak terpeleset.
Beberapa saat kemudian, aku mulai merasa lututku kram dan terasa sangat sakit. Kami pun berhenti sejenak, dan untungnya bunda membawakanku krim pereda nyeri. Setelah mengoleskan krim dan beristirahat sebentar, aku merasa lebih baik dan bisa melanjutkan perjalanan kembali.
Hujan yang terus turun membuat jalur semakin licin dengan air mengalir di sepanjang jalan setapak. Kami harus berjalan dengan sangat hati-hati agar tidak terpeleset.
Setelah beberapa jam perjalanan, akhirnya kami sampai kembali di basecamp sekitar pukul 5 sore. Kami pun beristirahat sejenak di basecamp sambil menunggu hujan reda sepenuhnya. Setelah itu, kami memutuskan untuk pulang ke rumah.
Alhamdulillah, pendakian pertamaku ini berjalan dengan lancar meskipun terdapat beberapa hambatan di sepanjang perjalanan. Yang terpenting, kami semua berhasil pulang ke rumah dengan selamat.
Ternyata mendaki gunung itu sangat seru dan memberikan pengalaman yang luar biasa. Namun, untuk Gunung Bekel, sepertinya aku sudah cukup sekali saja. Aku merasa kapok mendaki gunung ini lagi.
Aku bahkan tidak bisa membayangkan jika aku hanya pergi berdua saja tanpa ayah, entah bagaimana nasib kita menghadapi jalur yang berat dan tantangan di sepanjang perjalanan. Tetapi aku tetap ingin mencoba pendakian di gunung lain di masa depan!
Ingin liburan seru dengan suasana alam yang asri? Yuk, jelajahi Gunung Bekel, permata tersembunyi di Jawa Timur yang menawarkan pemandangan luar biasa dan petualangan tak terlupakan!
Untuk info terbaru pendakian Gunung Bekel via Jolotundo, bisa kamu update informasinya di akun instagram @penanggungan_bekel
You are not authorised to post comments.