Ketika nomor kontak atau informasi pribadi tersebar luas, ada kemungkinan bahwa selain calon pelanggan atau anggota komunitas yang serius, anda juga bisa mendapatkan pesan dari orang-orang yang kurang serius atau bahkan iseng.

Hal seperti itu cukup umum terjadi, terutama ketika anda memulai usaha atau komunitas baru dan menyebarkan kontak anda secara luas untuk mempromosikan produk atau layanan.

Ini terjadi karena banyak orang di luar sana yang mungkin hanya ingin coba-coba atau berinteraksi tanpa niat serius. Beberapa di antaranya mungkin hanya ingin melihat bagaimana anda merespons atau sekadar iseng karena mereka menemukan kontak anda secara publik.

Tantangan Bisnis Fase Awal 

Pada fase awal, ketika bisnis masih kecil, mungkin belum ada filter atau sistem pengelolaan komunikasi yang efektif, sehingga semua pesan yang masuk, baik dari pihak yang serius maupun yang iseng, dapat sampai langsung ke anda.

Untuk mengatasi hal ini, anda bisa:

  1. Gunakan nomor atau kontak khusus bisnis yang terpisah dari nomor pribadi.

  2. Manfaatkan aplikasi pengelola pesan seperti Whatsapp Business, yang memungkinkan anda menambahkan label dan mengelola komunikasi secara lebih teratur.

  3. Filter pesan masuk dengan skrip otomatis atau bot sederhana untuk menyaring komunikasi awal.

  4. Tetap profesional saat menghadapi pesan iseng, karena cara anda merespons bisa memengaruhi citra bisnis anda.

Meskipun bisa mengganggu, ini adalah bagian dari tantangan dalam mengelola bisnis, terutama di tahap awal.

Contoh-contoh Tantangan Bisnis yang Dialami Perusahaan Besar di Fase Awal Perkembangannya

Ya, banyak bisnis besar yang kita kenal hari ini juga menghadapi tantangan serupa pada awal perjalanan mereka. Semua bisnis, besar atau kecil, pasti mengalami fase di mana mereka harus menarik perhatian pelanggan, mengatasi kesalahpahaman, menghadapi keraguan dari pasar, dan menangani orang-orang yang tidak serius atau bahkan meremehkan usaha mereka. Berikut adalah beberapa contoh:

Amazon (Jeff Bezos)

Saat Jeff Bezos memulai Amazon dari garasi rumahnya pada tahun 1994, ide untuk menjual buku secara online dianggap aneh oleh banyak orang.

Pada masa awal, ia juga menghadapi banyak kesulitan untuk meyakinkan investor dan pelanggan bahwa toko buku online dapat berhasil.

Ada juga gangguan dari pihak yang meragukan konsep ini dan tidak menganggapnya serius. Bezos bahkan seringkali menerima email dan kritik dari orang yang menganggap idenya tidak realistis.

Apple (Steve Jobs dan Steve Wozniak)

Pada tahun 1976, ketika Jobs dan Wozniak mendirikan Apple di garasi, mereka harus menghadapi banyak skeptis yang menganggap mereka hanya "anak-anak iseng" yang bermain-main dengan teknologi.

Bahkan ketika mereka mencoba mendapatkan investor, mereka menerima banyak penolakan. Tidak jarang pula mereka mendapatkan komentar tidak serius atau iseng dari orang-orang di sekitar mereka yang tidak menganggap proyek mereka akan menjadi sesuatu yang besar.

Tesla (Elon Musk)

Saat Tesla mulai merintis bisnis kendaraan listrik, banyak orang, termasuk para investor dan media, meremehkan ide ini. Elon Musk sering menerima kritik pedas, dan banyak orang menganggapnya hanya berfantasi tanpa pemahaman nyata tentang industri mobil.

Di media sosial, ia juga sering menerima pesan dari orang-orang yang meremehkan atau iseng karena Tesla dianggap produk "untuk kaum kaya" dan tidak realistis untuk pasar massal. Itulah salah satu tantangan bisnis yang dihadapinya

Airbnb (Brian Chesky, Joe Gebbia, Nathan Blecharczyk)

Airbnb awalnya dianggap ide yang konyol. Ketika pendirinya mulai menyebarkan ide tentang menyewakan tempat tidur di ruang tamu kepada orang asing, banyak orang yang menertawakan mereka dan menganggap ide itu tidak masuk akal.

Mereka juga menerima banyak tantangan bisnis seperti: kritik, pesan skeptis, dan bahkan orang iseng yang mencoba menggunakan platform mereka dengan tidak serius. Namun, mereka terus maju, membangun platform hingga sukses seperti sekarang.

Nike (Phil Knight)

Phil Knight memulai Nike dari menjual sepatu olahraga dari bagasi mobilnya pada 1960-an. Pada awalnya, dia menghadapi banyak tantangan bisnis dalam memasarkan sepatu yang belum terkenal.

Ada orang yang menolak bahkan sekadar mencoba sepatu tersebut atau memberikan tanggapan tidak serius. Knight juga menghadapi masalah dengan merek dan distribusi di awal, dan banyak yang tidak menganggapnya serius.

Semua perusahaan besar ini, dulunya adalah usaha kecil yang seringkali dihadapkan dengan skeptisisme, orang-orang iseng, atau penghalang lainnya.

Namun, dengan tekad, inovasi, dan kemampuan untuk bertahan, mereka berhasil melewati tantangan bisnis tersebut. Pengalaman awal menghadapi gangguan dari pihak yang tidak serius atau iseng bisa menjadi bagian dari proses belajar dan tumbuh bagi bisnis.

Tantangan Bisnis itu Bahkan Sampai Mereka Besar

Bahkan bisnis besar tetap menghadapi tantangan serupa, meskipun dalam bentuk yang lebih kompleks dan pada skala yang lebih besar. Setelah mencapai kesuksesan, bisnis besar sering kali menjadi target gangguan, baik dari orang iseng, kritik yang tidak berdasar, atau bahkan serangan yang lebih terorganisir seperti pesaing yang tidak etis atau ancaman keamanan siber. Beberapa contoh masalah yang dihadapi oleh bisnis besar bahkan setelah mereka tumbuh besar:

Amazon

  1. Ulasan Palsu dan Kritik Publik
    Setelah Amazon tumbuh menjadi salah satu perusahaan ritel terbesar di dunia, mereka terus menghadapi ulasan palsu yang sering kali digunakan oleh pesaing atau orang-orang yang iseng untuk menjatuhkan reputasi suatu produk.

    Selain itu, mereka juga sering dikritik oleh kelompok tertentu yang mungkin tidak setuju dengan kebijakan perusahaan
    .
  2. Penyalahgunaan Sistem
    Karena jaringannya yang besar, ada orang yang menyalahgunakan sistem, seperti mengembalikan barang setelah digunakan, mengirimkan klaim yang tidak benar, atau mencoba meretas sistem keamanannya.

Facebook (Meta)

  1. Akun Palsu dan Spam
    Facebook, sekarang Meta, terus menghadapi masalah akun palsu dan bot yang digunakan oleh orang iseng, penjahat, atau pihak tertentu untuk menyebarkan disinformasi atau melakukan penipuan.

    Meskipun sudah menjadi perusahaan raksasa, mereka tetap harus berurusan dengan pengguna yang menyalahgunakan platform.

  2. Kritik dan Boycott
    Meta sering menjadi target boikot atau kampanye negatif dari pengguna yang tidak puas atau bahkan aktivis yang menganggap kebijakan platform tidak adil.

    Dalam beberapa kasus, ada orang atau kelompok yang hanya ingin merusak reputasi perusahaan tanpa alasan yang jelas.

Tesla

  1. Kritikan dan Gangguan di Media Sosial
    Elon Musk dan Tesla sering menjadi target troll di media sosial. Sebagai figur publik, Musk juga sering mendapatkan pesan iseng atau bahkan ancaman dari orang-orang yang tidak menyukai sikapnya atau pandangannya tentang bisnis dan teknologi.

    Selain itu, Tesla sering dikritik terkait produk mereka, bahkan oleh pihak yang tidak pernah menggunakan produk mereka
    .
  2. Sabotase Karyawan
    Pada 2018, Elon Musk mengungkapkan bahwa ada insiden sabotase di dalam Tesla oleh karyawan yang merasa tidak puas. Ini menunjukkan bahwa bahkan ketika bisnis sudah besar, ancaman dari dalam bisa datang dari orang yang berniat buruk atau tidak serius dengan pekerjaannya.

Apple

  1. Kritik dan Isu Hukum
    Meskipun Apple adalah salah satu perusahaan paling sukses di dunia, mereka terus menghadapi kritik dari pengguna, media, dan pesaing.

    Misalnya, mereka sering digugat oleh pesaing atau menghadapi keluhan terkait kebijakan App Store. Selain itu, Apple juga sering menjadi target kampanye anti-korporasi, termasuk dari pihak yang tidak serius tetapi ingin membuat kerusakan reputasi.

  2. Serangan Siber dan Ancaman Keamanan
    Karena ukurannya yang besar dan pangsa pasar global, Apple menjadi target serangan siber oleh peretas yang ingin mengeksploitasi kelemahan keamanan. Ada juga orang yang mencoba menipu atau membocorkan informasi rahasia perusahaan.

Microsoft

  1. Serangan dari Kompetitor dan Pengguna Ilegal
    Microsoft menghadapi serangan dari pesaing dan pengguna yang tidak etis.

    Banyak orang iseng yang mencoba meretas produk-produk mereka atau menggunakan perangkat lunak secara ilegal. Bahkan dengan perangkat lunak besar seperti Windows, mereka terus berjuang melawan pembajakan dan penipuan.

  2. Troll Online dan Isu Hukum
    Sama seperti perusahaan teknologi lainnya, Microsoft sering berurusan dengan troll atau kritik yang tidak berdasar, serta tuntutan hukum yang datang dari pihak yang mungkin hanya ingin mendapatkan kompensasi cepat.

Coca-Cola

  1. Kampanye Anti-Corporate
    Sebagai salah satu merek minuman terbesar di dunia, Coca-Cola sering menjadi sasaran kampanye anti-perusahaan, bahkan oleh orang-orang yang iseng atau tidak memiliki masalah nyata dengan produk mereka.

    Beberapa kelompok atau individu mungkin memanfaatkan reputasi besar mereka untuk melancarkan aksi boikot atau protes yang tidak selalu beralasan.

  2. Penggunaan Brand untuk Tujuan Tidak Etis
    Karena ketenarannya, nama dan logo Coca-Cola sering kali digunakan secara tidak sah oleh pihak-pihak yang ingin menipu atau memalsukan produk.

Tantangan Bisnis Perusahaan di Indonesia

Beberapa perusahaan menengah di Indonesia juga menghadapi tantangan serupa, baik pada tahap awal maupun saat mereka sudah tumbuh lebih besar.

Meskipun tidak sebesar perusahaan global seperti Amazon atau Tesla, perusahaan-perusahaan ini menghadapi masalah yang sering kali muncul dalam bentuk pesan iseng, kritik yang tidak berdasar, hingga ancaman dari pesaing atau sabotase. Berikut adalah beberapa contoh perusahaan menengah di Indonesia yang mengalami tantangan tersebut:

Tokopedia

  1. Penipuan dan Kritik dari Pengguna
    Tokopedia, salah satu marketplace terbesar di Indonesia, pada awal kemunculannya sering menghadapi masalah penipuan oleh pengguna yang tidak serius.

    Penjual palsu dan pembeli iseng yang tidak menyelesaikan transaksi sering kali menjadi tantangan besar. Selain itu, mereka juga harus menghadapi kritik dari pengguna yang mungkin kurang paham cara kerja platform.

  2. Serangan Hacker
    Pada tahun 2020, Tokopedia menghadapi tantangan besar ketika terjadi kebocoran data jutaan pengguna. Peretas menyerang dan membocorkan data pengguna di dark web, yang menciptakan krisis kepercayaan dan menjadi salah satu tantangan terbesar bagi perusahaan ini.

Gojek

  1. Pengguna Iseng dan Kritik Publik
    Pada tahap awal, Gojek menghadapi masalah pengguna iseng yang memesan layanan tapi tidak benar-benar menggunakan atau membatalkan pesanan secara sembarangan.

    Ini menambah beban pada mitra pengemudi dan juga membuang-buang sumber daya perusahaan

  2. Kritik Terkait Mitra Pengemudi
    Setelah Gojek berkembang besar, mereka mulai sering menerima kritik dari berbagai pihak, termasuk masalah tentang perlakuan terhadap mitra pengemudi.

    Isu-isu seperti tarif yang tidak adil atau masalah manajemen sering memunculkan kritik dari masyarakat atau aktivis, bahkan dari pengguna iseng.

Traveloka

  1. Keluhan Pengguna dan Ulasan Palsu
    Traveloka, perusahaan teknologi yang menyediakan layanan pemesanan tiket pesawat dan hotel, sering menghadapi ulasan atau keluhan yang tidak serius dari pelanggan.

    Kadang, orang yang tidak serius memesan tiket bisa membatalkan pesanan tanpa alasan yang jelas, menyebabkan gangguan operasional.

  2. Masalah Penipuan
    Pada tahap awal, Traveloka juga menghadapi penipuan dari pengguna yang mencoba memanipulasi sistem dengan cara-cara curang, seperti menggunakan kartu kredit palsu atau melakukan klaim palsu terkait layanan mereka.

Blibli

  1. Pembeli dan Penjual Iseng
    Sebagai salah satu e-commerce yang berkembang di Indonesia, Blibli juga menghadapi masalah pembeli dan penjual yang tidak serius. Pada tahap awal, sering ada orang yang mendaftarkan produk palsu atau pembeli yang tidak menyelesaikan pembayaran setelah memesan barang.

  2. Kritik dari Pengguna tentang Pelayanan
    Blibli juga menghadapi keluhan dari pengguna terkait keterlambatan pengiriman atau masalah layanan pelanggan. Seperti platform e-commerce lainnya, Blibli harus mengelola pesan dan ulasan yang mungkin datang dari pengguna yang iseng atau tidak serius.

Kopi Kenangan

  1. Kritik dan Ulasan di Media Sosial
    Kopi Kenangan, salah satu startup kopi yang berkembang pesat di Indonesia, sering menerima kritik di media sosial, baik yang serius maupun yang iseng.

    Beberapa kritik terkait dengan rasa produk atau pelayanan mungkin datang dari pengguna yang hanya ingin iseng atau tidak memiliki pengalaman nyata dengan produk mereka

  2. Kompetitor yang Tidak Etis
    Seiring dengan pertumbuhannya, Kopi Kenangan juga menghadapi tantangan dari kompetitor yang tidak etis, termasuk menyebarkan rumor atau memberikan ulasan negatif palsu.

Moka POS

  1. Kesulitan dalam Menarik Pengguna Serius
    Moka POS, yang menyediakan sistem kasir berbasis teknologi untuk UMKM, juga menghadapi tantangan menarik pengguna serius di awal perjalanannya.

    Banyak calon pelanggan yang mungkin hanya mencoba platform mereka tanpa niat untuk benar-benar membeli layanan.

  2. Kritik dari Kompetitor dan Pesaing
    Sebagai penyedia teknologi untuk usaha kecil dan menengah, Moka juga berhadapan dengan kritik dari pesaing atau pihak yang mencoba meremehkan kualitas layanan mereka.

Erigo

  1. Tantangan di Media Sosial
    Sebagai brand fashion lokal yang meraih kesuksesan secara cepat, Erigo sering menerima kritik dari orang iseng di media sosial yang mencoba merusak citra brand.

    Beberapa ulasan negatif yang tidak berdasar atau keluhan kecil sering kali dimanfaatkan oleh orang yang tidak serius hanya untuk mencari perhatian.

  2. Isu Terkait Produk dan Pesaing
    Erigo juga menghadapi pesaing yang mungkin menggunakan taktik tidak etis untuk mempengaruhi reputasi mereka, seperti menyebarkan ulasan buruk atau membuat klaim palsu tentang kualitas produk.

Kesimpulan

Banyak perusahaan menengah di Indonesia menghadapi tantangan yang mirip dengan apa yang dialami oleh perusahaan besar atau startup global, terutama dalam hal pesan iseng, kritik tidak serius, hingga serangan dari pesaing.

Namun, dengan manajemen yang baik, teknologi, dan strategi komunikasi yang efektif, mereka mampu menangani tantangan ini dan terus tumbuh. Perusahaan-perusahaan ini menunjukkan bahwa tantangan seperti ini adalah bagian dari perjalanan bisnis, baik di tahap awal maupun ketika mereka sudah berkembang lebih besar.

Bahkan bisnis besar tidak kebal terhadap tantangan yang dihadapi di awal perjalanan mereka. Namun, skala masalah tersebut biasanya berubah.

Jika pada awalnya masalah datang dalam bentuk pesan iseng atau pelanggan yang tidak serius, saat mereka tumbuh, tantangannya menjadi lebih kompleks—seperti serangan siber, kritik publik, atau bahkan sabotase.

Kunci dari perusahaan besar adalah kemampuan mereka untuk membangun sistem manajemen yang kuat dan tim yang mampu menangani tantangan ini dengan lebih profesional dan sistematis.