Pada beberapa hari yang lalu, alhamdulillah saya berkesempatan sowan ke Pak Ghozie, senior saya (di atas saya 10 tahun) saat aktif di JMMI (Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS).
Pada beberapa hari yang lalu, alhamdulillah saya berkesempatan sowan ke Pak Ghozie, senior saya (di atas saya 10 tahun) saat aktif di JMMI (Jamaah Masjid Manarul Ilmi ITS).
Daftar Isi :
- Kisah Pertemuan Pertama
- Pertemuan Kedua
- Sekilas Info
- On the Spot dan Perjalanan
- Langsung Masuk Mobil - Perjalanan ke Mojokerto Lihat Meja
- Meeting in the Car -Membahas Monetisasi
- Tentang Syabab Camp
- Sampai di lokasi Meja Sumbangan
- Perjalanan Pulang - Kisah Ibroh
- Lanjut Kisah
- Review Balik
- Terakhir - Poto Kenangan
Karena selisih yang cukup jauh tersebut, jadi di JMMI dulu saya tidak pernah bertemu beliau. Pas saya masuk ITS saja saya kira beliau sudah bertahun-tahun berpengalaman di luar. Namun demikian tidak menghalangi saya untuk mencoba menjalin koneksi dengan beliau.
Pada awalnya saya cuman coba-coba untuk menghubungi nomor beliau yang saya dapatkan dari pak Budi Prasojo (juga merupakan senior di JMMI) yang saya pernah bekerja ke pak Budi ini di LMZIS (Lembaga Manajemen Zakat Infaq dan Shadaqah) Masjid Manarul Ilmi ITS.
“Siapa tahu mendapat respon positif, namanya juga “berjualan”, demikian pikir saya.
Alhamdulillah hasil dari coba-coba menghubungi beliau, saya mendapatkan respon baik.
Yang akhirnya dari komunikasi melalui whatsapp, pada akhirnya berakhir dengan janjian pertemuan. Saya menganggap ini sebagai sebuah prestasi.
Pertemuan pertama adalah sekitar 1 pekan sebelum pertemuan kedua beberapa hari yang lalu tersebut. Jadi beberapa hari yang lalu tersebut (yang akan saya ceritakan disini oleh-oleh inspirasinya) pada dasarnya merupakan pertemuan kedua.
Sebelumnya telah bertemu di kediaman beliau di daerah Gununganyar Surabaya. Saat itu saya pagi-pagi (sekitar jam 8) ke tempat beliau.
Kisah Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama tersebut cukup gayeng meskipun baru pertama kali. Kita ngobrol banyak hal sampai lebih dari satu jam.
Saat itu saya dijamu dengan nasi pecel, makanan khas yang cukup merakyat di Surabaya. Alhamdulillah. Adapun cemilannya tidak kuat saya makan karena saya sudah kekenyangan.
Di pertemuan pertama ini, beliau bercerita bahwa beliau sering mendapatkan undangan untuk penilaian berbagai jenis start-up. Jadi sudah tidak asing bagi beliau tentang dunia teknologi.
Jadi Syabab Camp yang saya bawa ke beliau bukanlah hal baru bagi beliau. Sama sekali bukan, bahkan mainan beliau sehari-hari.
Pas itu saya kesana beliau bercerita bahwa baru saja hadir di UNAIR mendapatkan undangan untuk penilaian berbagai startup mahasiswa. Saya diberi berbagai brosur bisnis-bisnis rintisan tersebut.
Sayapun sempat membaca berbagai brosur tersebut. Dan memang kesemuanya selalu teknologinya yang ditekankan, bukan konsep kongkritnya.
Tak lupa beliau berpesan bahwa harus ada konsep yang bagus untuk Syabab Camp. Karena hampir rata-rata startup yang beliau perhatikan tidak memiliki konsep yang jelas. Padahal kekuatan utama bisnis adalah pada konsep nya.
Pada pertemuan ini beliau juga sempat menyampaikan mimpi beliau tentang BPRS Lantabur yang beliau pimpin saat ini
Perbankan Perkreditan Rakyat Syariah harus memiliki Sistem yang bisa menghandle kegiatan operasionalnya. Jadi perlu ada Sistem yang menghandle itu semua, yang bagus security-nya, yang mengkoneksikan antar Bank secara real time. Ya seperti perbankan pada umumnya.
Saya sendiri masih belum mampu menjawab tantangan ini. Saya mendoakan segera dimudahkan Allah untuk mendapatkan vendor yang terpercaya, amanah, dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan.
Karena memang tidak mudah mendapatkan vendor yang benar-benar mampu dan amanah. Cerita-cerita kegagalan implementasi Sistem sudah bukan barang baru, sudah makanan sehari-hari bagi Perusahaan.
Saya sih emang saat ini juga menjalani bisnis penjualan sistem, namun perbankan belum masuk core bisnis kami. Saat ini saya masih fokus pada ERP pabrik saja.
Pertemuan Kedua
Kemarin itu awal terjadinya pertemuan adalah saya whatsapp beliau menanyakan tentang hasil dari analisa beliau untuk saya dalam mengembangkan Syabab Camp.
Hal ini untuk menyambung pertemuan sebelumnya ketika saya berkonsultasi dengan beliau sehubungan dengan kegiatan Syabab Camp ini.
Dari japri-japrian whatsapp ini saya mendapatkan respon bahwa beliau akan datang ke tempat saya di Sidoarjo untuk mengunjungi tempat yang nantinya akan digunakan untuk kegiatan Syabab Camp (yang dalam hal ini adalah kontrakan saya).
Namun karena kesibukan beliau, yang sepertinya waktu tidak memungkinkan buat beliau untuk hari ini berkunjung ke tempat saya, akhirnya beliau menawarkan untuk saya datang ke kantor beliau saja di Surabaya, tepatnya di kantor cabang Lantabur Surabaya.
Beliau mengabarkan bahwa akan menyumbangkan sejumlah meja. Meja-meja tersebut itulah yang hendak kita lihat hari ini yang mana posisinya saat ini ada di cabang Lantabur Mojokerto.
Ya tentu saya mau-mau saja. Okelah, saya tidak masalah. Saya kemudian berangkat.
Alhamdulillah.
Sekilas Info
Perlu diketahui bahwa pak Ghozie adalah Direktur BPRS Lantabur, yang merupakan Bank Perkreditan Rakyat Syariah yang cukup besar di wilayah Jawa Timur dan Indonesia Timur.
Bahkan beliau juga merupakan ketua kompartemen (Perkumpulan) Bank Perkreditan Rakyat Syariah se Indonesia. Jadi posisi beliau jelas tidak main-main.
On the Spot dan Perjalanan
Singkat cerita saya nyampek ke kantor Lantabur Surabaya sekitar jam 13.40 siang menjelang sore. Lumayan tepat waktu, karena saya menjanjikan bahwa perjalanan adalah 1 jam pada pukul 12.39.
Saat sampai di lokasi, ternyata saya tak perlu menunggu lama. Hanya sekitar kurang dari 5 menit sudah langsung di ajak pak Ghozie untuk tune up naik mobil beliau menuju Mojokerto. Beliau sudah menunggu saya.
Oya, tentu saja saya perlu bercerita disini bahwa saya mendapatkan sambutan yang ramah sekali oleh mas dan mbak yang ada di sana. Senyum selalu mengembang dari bibir.
Kemudian selain itu walaupun di situ yang parkir hampir kesemuanya adalah mobil, tapi motor butut saya tetap mendapatkan pengawalan saat masuk garansi. Hehe… Sebuah kehormatan bagi saya.
Langsung Masuk Mobil - Perjalanan ke Mojokerto Lihat Meja
Di perjalanan ke Mojokerto inilah yang menjadi momen yang spesial bagi saya. Ya jelas spesial karena kita hanya berdua di mobil, tidak ada yang lain.
Di momen seperti ini kesempatan yang tidak boleh disia-siakan untuk menggali sebanyak-banyaknya ilmu dan wawasan dari orang yang lebih sukses dari kita.
Ini sekaligus pesan bagi saya dan kita semua, jangan sia-siakan kesempatan seperti ini. Manfaatkan sebaik-baiknya.
Meeting in the Car -Membahas Monetisasi
Tema pembicaraan kita awalnya adalah tentang meja. Kemudian merangsek masuk ke pembicaraan tentang bagaimana mengembangkan Syabab Camp.
Salah satu pesan beliau yang saya record kuat di kepala saya (karena menurut saya cukup penting) adalah bahwa jangan ada mindset tangan di saat mengajak kerjasama orang dalam mendapatkan dana untuk Syabab Camp.
“Dengan meninggalkan mindset tangan di bawah, izzah kita jadi tinggi. Kita punya power yang uhhh… gitu.” terang pak Ghozie sambil mengepalkan tangan kirinya.
Saya sih cuman bisa manggut-manggut saja membenarkan karena setuju.
“Sekalipun orientasinya sosial, untuk operasional tentu butuh biaya. Untuk membeli alat, perlengkapan, dan sebagainya tentu butuh biaya. Oleh karena itu tidak mengapa kegiatan yang berorientasi sosial pun harus bisa menghasilkan profit. Bukan begitu ? “lanjut beliau yang saya aminkan.
“Sampeyan tentu pahamlah dan bisa mendeteksi di titik-titik mana saja di Syabab Camp yang bisa dioptimalkan dalam monetisasi-nya. Nah, manfaatkan itu. Gakpapa visinya sebagai lembaga sosial, tapi diperlakukan sebagai sebuah bisnis kan tidak masalah ?” lanjut beliau kurang lebih.
“Iya pak… iya pak.”
Jelas dengan saran beliau ini saya lebih mantab lagi untuk “membisniskan” Syabab Camp.
Sebenarnya sudah lama saya memikirkan dan menyiapkan ide untuk bagaimana mendapatkan dana untuk Syabab Camp dengan lebih ber-izzah, yakni tidak mengandalkan “minta-minta”.
Saya sebenarnya sudah menyiapkan beragam skema kerjasama dengan para donatur/ companion (pendukung) Syabab Camp yang bisa dipilih yang lebih bersifat kerjasama, bukan donasi semata.
Okelah mungkin ada yang menyumbang, tetapi harus ada skema yang disiapkan untuk mendapatkan dana tanpa harus “meminta-minta”.
Skema-skema kerjasama itu telah saya dokumentasikan ke dalam bentuk proposal. Hanya saja memang belum saya sampaikan ke Pak Ghozie, masih saya keep untuk nantinya saya bawa ke prospek-prospek lain. Masih malu-malu saya. Hehe…
Bagi anda yang berkenan dengan proposal saya silahkan hubungi saya disini.
Tentang Syabab Camp
Pak Ghozie memandang bahwa Syabab Camp ini ya startup. Sama seperti start-up-start-up yang lain yang selama ini selalu mengitari beliau. Artinya Syabab Camp ini bisa diperlakukan sebagai Company rintisan.
“Rata-rata startup gagal karena ketidakjelasan konsep. Maka dari itu Syabab Camp kalau ingin besar, harus dikuatin konsepnya.” begitu kata beliau.
Pak Ghozie juga berkenan menceritakan sebuah startup yang mungkin sudah cukup besar saat ini, yakni Ternaknesia.
Awalnya beliau berkenan bercerita tentang Ternaknesia adalah saat saya tanya tentang acara pertemuan JMMI Sak Lawase (perkumpulan yang didirikan oleh mantan-mantan pengurus JMMI) di Wapo deket UNAIR yang dilaksanakan sekitar 1 pekan sebelumnya.
Beliau bercerita siapa saja yang datang, termasuk Dalu (Sang Pendiri Ternaknesia) juga datang.
Ternaknesia adalah perusahaan yang bergerak di dalam pemberdayaan hasil ternak. Bekerjasama dengan para petani untuk mendistribusikan hasil ternaknya. Ternaknesia ini sekarang sudah belasan milyar asetnya.
“Dulu awal-awal didirikan Ternaknesia banyak mendapatkan support dari JSL (JMMI Sak Lawase). Kemudian mendekat ke Lantabur, ya akhirnya saya bantu.” terang Pak Ghozie.
Yang menjadi poin penting dari Ternaknesia adalah keuletan dari pendirinya. Dari awal memang sudah sangat tidak main-main. Golnya cukup jelas dan terarah.
Kemudian selain itu adalah kekuatan pada membangun kepercayaan. Ternaknesia (Dalu, selaku pendiri) sangat intens dalam membangun kepercayaan para Companionnya. Ini yang terkadang sering diabaikan startup rintisan lain, membangun kepercayaan.
Membangun kepercayaan itu tidak mudah, maka harus terus diupayakan. Hal inilah yang coba akan saya adopsi untuk Syabab Camp. Saya berazam untuk memiliki sifat itu.
Okelah mungkin di masa lalu saya belum terlalu kuat dalam prinsip ini. Ada hal-hal internal yang memaksa saya kurang gentleman. Tapi mulai detik ini, saya akan berusaha berubah. Sudah saatnya saya untuk lebih gentleman.
Sampai di lokasi Meja Sumbangan
Akhirnya sampailah kami di lokasi. Tempatnya di salah satu ruas jalan utama Mojokerto, dimana saat ini sedang diperbaiki dengan membuat jalur hijau di bagian tengah jalan.
Karena perbaikan jalan ini kami harus memutar untuk sampai di Lantabur cabang Mojokerto.
Kantornya cukup megah, terdapat 2 lantai. Lantai pertama untuk operasional bisnis, sementara lantai 2 untuk menyimpan properti perlengkapan. Nah di lantai 2 inilah meja-meja yang akan diperbantukan untuk Syabab Camp.
Di sana ada sekitar 10 meja, tapi saya insyaAllah akan mengambil 6 meja saja.
Perjalanan Pulang - Kisah Ibroh
Pas perjalanan pulang pak Ghozie banyak bercerita tentang perjalanan karir beliau. Bagaimana beliau dari awal bekerja sampai dengan saat ini sebagai Direktur Lantabur.
Saya benar-benar tidak menyangka ternyata beliau merupakan keluarga dari pesantren Tebuireng Jombang. Jelas pesantren Tebuireng adalah pesantren yang sangat terkenal.
Saya juga tidak menyangka bahwa beliau sebelumnya berpengalaman di berbagai perusahaan. Saya kira Lantabur ini adalah destinasi pertama beliau dari awal.
Awalnya dulu beliau pernah bekerja sebagai medicine detailer. Pekerjaan ini beliau tekuni di awal memulai pekerjaan. Pekerjaannya detailer ini adalah menjelaskan ke dokter-dokter tentang detail obat. Jadi kerjaannya keliling, se-Jawa Timur pada waktu itu.
Beliau saat itu berstatus sebagai karyawan di sebuah PMA (Perusahaan Modal Asing).
Setelah sekian tahun bekerja, akhirnya mendapatkan kesempatan untuk mendirikan klinik. Saat itu ada sebuah perusahaan di Jakarta yang menginginkan adanya klinik di dalam Perusahaannya.
“Daripada harus sering keluar untuk urusan kesehatan, mengapa tidak mendirikan klinik sendiri.” kata pak Ghozie menerangkan keinginan Perusahaan tersebut dalam mendirikan klinik.
Perusahaan tersebut akhirnya menggandeng beliau untuk pengembangan kliniknya. Alhamdulillah lancar dan cukup berhasil.
Kemudian atas pengalaman ini memicu beliau untuk lanjut berekspansi mendirikan klinik-klinik baru di berbagai tempat di Jakarta (karena kantor saat itu di Jakarta). Terus demikian.
Sampai akhirnya bertemu dengan seseorang yang juga pengelola klinik yang akhirnya malah menjadi mertua beliau. Luar biasa.
“Dimerger sekalian sama anaknya….” lanjut beliau membuat saya emejing.
Memang sih sebenarnya pernikahan merupakan salah satu strategi bisnis. Saat ini ketika saya sedang berusaha memasukkan proyek implementasi ERP di salah sebuah Perusahaan Keramik di Mojokerto, juga mendapatkan informasi tentang di Perusahaan istrinya juga membutuhkan ERP. Ternyata istrinya juga direktur.
“Lo ya.. .ternyata istrinya juga pengusaha. Wis duit mblekuthek ae di circle orang-orang ini…” pikirku emejing.
Hebat kan ?
Lanjut Kisah
Pada saat itu, tahun 1998 terjadi resesi. Dolar yang semula hanya 2.500 rupiah nilainya, melonjak menjadi 17 ribu.
Jelas sebagai sebuah bisnis yang 90 % bahan bakunya merupakan import, kalang kabut lah bisnis. Daripada terus mundur (bisa jual tapi tidak bisa kulak) ya sudah akhirnya klinik-klinik beliau tutup.
Dalam keadaan tidak punya kerjaan beliau berpikir untuk menambah ilmu saja. Akhirnya beliau meneruskan kuliah ke S2. Bidangnya adalah Manajemen SDM.
Singkat cerita lulus kemudian mencari pekerjaan. Beliau dalam mencari pekerjaan tidak asal. Beliau ingin menguji ilmu yang didapatkan di bangku kuliah S2.
Ini sekaligus ilmu bagi kita, bahwa upayakan spesifik dalam mencari kerja. Spesifik yang sesuai dengan main core arah ilmu kita.
Jadi harus ada kriteria Perusahaan yang hendak dimasuki. Untuk pak Ghozie, Perusahaan tersebut haruslah perusahaan Nasional, yang memiliki cabang-cabang, dan sedang bermasalah SDM-nya. Di luar kriteria tersebut tidak mau beliaunya.
Akhirnya mendapatilah pekerjaan di Olympic. Sebuah Perusahaan yang berkantor di Bogor dengan cabang di seluruh Indonesia.
Padahal saat itu beliau tempat tinggal di Jakarta, tapi kantor di Bogor. Jadi setiap kali perjalanan menuju Bogor selalu melawan arus. Dimana orang biasanya bekerja dari Bogor ke Jakarta, eh ini malah sebaliknya, demikian juga pulangnya.
“Jadi enak, jalanan lowong… “ terang beliau.
“Bisa ngece yang macet-macetan lawan arus donk pak?” komentar saya yang dijawab beliau dengan tertawa kecil.
“Tapi janganlah (ngece), biasanya klo kita ngece seperti itu ada saja kemudian peristiwa yang gak enak di perjalanan. Entah tiba-tiba macetlah atau apa. Jadi jangan, karena itu kesombongan. Ya walaupun kecil ya… “ terang beliau kemudian.
Beliau awalnya ingin di Olimpic tidak terlalu lama, cukup 2-3 tahun saja. Ya sekedar nguji ilmu saja. Tak dinyana sampai 5 tahun baru bisa keluar dengan jabatan terakhir Manager HR. Ya biasalah, digandoli.
Singkat cerita begitu keluar dari Olimpic, mendapatkan tawaran dari salah satu teman (yang juga alumni ITS), untuk kerjasama bisnis. Maka dijalani nyalah kerjasama ini.
Sampai kemudian berlangsung beberapa tahun, kemudian diminta oleh mertua untuk pulang ke Surabaya.
Sebagai anak yang baik tentu tidak bisa menolak sekalipun berlawanan dengan keinginan. Pertentangan batin bergejolak sampai lama. Namun ya pada akhirnya ya sudahlah, demi orangtua.
Hingga akhirnya singkat cerita pas beliau terlihat beberapa bulan kok di Surabaya. Kemudian ditawari keluarga besar Tebuireng untuk meng-handle BPRS Lantabur, yang merupakan unit usaha Tebuireng.
Inipun butuh fit and proper test. Tidak serta merta begitu saja karena jasa Keuangan harus atas persetujuan OJK.
Tidak mudah menyakinkan OJK untuk memberi lampu hijau. Posisi Direktur sebuah Bank harus diisi oleh orang yang punya pengalaman di perbankan, dan pak Ghozie tidak memilikinya.
Awal wawancara tidak diterima. OJK susah diyakinkan. Sampai akhirnya perlu waktu beberapa bulan untuk bisa diterima oleh OJK.
Hingga akhirnya sampai kini tak terasa sudah 10 tahun beliau memegang Lantabur dengan segenap prestasi yang telah dicapai.
Demikianlah oleh-oleh perjalanan saya bersama Pak Ghozie, Senior saya di JMMI. Semoga istiqomah dalam kebaikan ya pak. Doa saya untuk panjenengan.
Review Balik
Tulisan ini saya buat sebagai salah satu cara saya berterimakasih atas ilmu yang Pak Ghozie sampaikan ke saya. Selain itu juga semoga apa yang bisa saya tulis ini ada ibrohnya sehingga bisa memotivasi kita semua untuk selalu ikhtiar dalam hidup ini.
Salah satu keinginan saya adalah bisa menulis biografi tokoh emang. Motivasi saya dalam keinginan ini adalah tentu saja agar bisa menginspirasi orang.
Kalau saya sendiri jelas masih sedikit pengalaman saya, jadi mengapa tidak coba gunakan pengalaman orang untuk menginspirasi ?
Semoga cerita singkat ini bisa sebagai awalan lah untuk keinginan tersebut. Sebelum bisa menulis buku, dimulai dulu dari menulis kisah dalam bentuk artikel.
<< Tanya Lebih Lanjut >>
0895-3536-98866
Terakhir - Poto Kenangan