Saatnya kita harus berdikari berdiri diatas kaki sendiri, jangan menggantungkan segala sesuatunya pada pemerintah. Memang kita tidak berburuk sangka kepada pemerintah. Tetapi kita tahu sendiri lah saat ini kalau apa-apa menyandarkan pada pemerintah maka lama-kelamaan kita menjadi manja.

Saatnya kita harus berdikari berdiri diatas kaki sendiri, jangan menggantungkan segala sesuatunya pada pemerintah. Memang kita tidak berburuk sangka kepada pemerintah.

Tetapi kita tahu sendiri lah saat ini kalau apa-apa menyandarkan pada pemerintah maka lama-kelamaan kita menjadi manja.

Oke, mungkin sebagian kita menghitung-hitung bahwa seharusnya dari pendapatan yang didapat oleh pemerintah bisa digunakan untuk lebih baik lagi dalam melayani dalam mensejahterakan masyarakat Indonesia. Kita menuntut pemerintah untuk lebih bagus dalam pelayanan. Bolehlah…

Tapi bukan berarti pemerintah harus sesuai terus dengan yang kita harapkan dalam melayani. Bisa jadi kita yang salah asumsi. Oleh karena itu kita harus banyak-banyak legowo agar kita tidak terlalu kecewa.

Ketika kita merasa banyak kebutuhan kita yang seharusnya terpenuhi, hal itu bukan serta merta berarti kita harus menggantungkan kepada pemerintah. Maka sampai kapan kita akan terus seperti itu. Saatnya kita action sendiri.

Dari sekarang kita harus sudah mulai berdikari. Setidaknya dengan kita berusaha sendiri ada kesempatan untuk kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat.

Bukan terus diam saja atau ngedumel dan terus menyalahkan pemerintah. Kalau misalnya mereka tidak peduli sama kita taruhlah, kita mau apa ? Kita tidak boleh seperti itu. Kita harus punya solusi.

Salah satu caranya adalah dengan kita urunan sendiri di antara kita untuk kita gunakan sebagai modal dalam kemandirian masyarakat. Uruan tidak harus dengan uang, bahkan sekedar solusi juga bisa sebagai urunan. Yang penting tidak memaksakan.

Tugas-tugas yang mungkin masih belum ditunaikan oleh pemerintah yang sebenarnya itu adalah tugas negara bisa, bisa kita ambil alih jika kita kompak untuk melaksanakan.

Contoh-contoh yang sederhana seperti misalnya urusan jembatan dan jalan yang rusak,  membangunkan rumah yang hampir roboh untuk janda miskin, membiayai anak yatim, urunan beasiswa anak kurang mampu.

Sebenarnya hal-hal semacam itu pada dasarnya adalah tugas negara. Namun daripada mengandalkan terus ke negara bukankah lebih baik jika kita ambil alih. Jika kita bisa kompak bersatu mengumpulkan dana bukankah akan mudah untuk menunaikan fardhu kifayah-fardhu kifayah seperti itu?

Alhamdulillah sudah bermunculan sejak beberapa puluh tahun yang lalu lembaga-lembaga sosial atau LSM dari swasta. Hanya saja setelah sekian puluh tahun tampaknya dampak yang ditimbulkan oleh gerakan mereka masih bersifat lokal dan by program masing-masing.

Kita tidak menyalahkan mereka. Karena mungkin adalah sebuah kewajaran sebuah lembaga yang yang sudah bertahun-tahun biasanya sudah autopilot di mana program-programnya sudah terjadwal setiap tahunnya bahkan setiap bulannya.

Padahal dinamika masyarakat berubah. Dimana trend masyarakat saat ini tentu berbeda jauh dengan masyarakat 20/30 tahun yang lalu.

Sementara program-program Lembaga-lembaga sosial tersebut masih mengadopsi program kerja dari 10-20 tahun yang lalu. Wajar jika tidak bisa mengikuti perkembangan.

Selain itu biasanya di lembaga-lembaga sosial atau amil zakat swasta ini mereka sudah memiliki program-program sendiri yang dijadwalkan setiap tahunnya.

Biasanya program-program tersebut merupakan kelanjutan dari program tahun sebelumnya kalau tidak  Mau dikatakan hanya kopi paste. 

Ya mungkin ada perubahanprogram, tapi biasanya sedikit. Ketika sebuah organisasi dalam jangka waktu yang lama mengerjakan pekerjaan yang berulang biasanya sudah pada tahap nyamanan melakukan itu. Oleh karena itu inovasi jadi sedikit terhenti.

Syabab Camp mencoba masuk ke celah yang di ditinggalkan oleh Lembaga-lembaga Sosial terkait tersebut. Celah tersebut adalah celah korelasi program dengan keadaan zaman sekarang.

Peserta Syabab Camp

Syabab Camp berorientasi pada pembelajaran materi-materi yang berhubungan dengan kebutuhan zaman saat ini yang berbasis pada pemanfaatan sosial media dan dunia online.

Peserta yang tergabung di Syabab Camp diajarkan membuat konten berisi pengenalan produk dan penjualan produk masing-masing yang disesuaikan dengan karakteristik para pemakai media sosial tersebut.

Jelas mau tidak mau kita harus menggunakan media sosial karena memang zamannya sekarang adalah orang semua menggunakan media sosial. Jadi pemanfaatan media sosial untuk income ini harus kita ilmui.

Yang dimaksud disini adalah tidak hanya media sosial dalam pengertian umum tapi media sosial juga dalam pengertian khusus seperti misalnya marketplace,  Google my business,  dan website-website yang saat ini banyak banyak digunakan berkumpul oleh orang-orang. Bahkan jutaan.

Bayangkan jika seandainya saja ada 1000 orang yang tiap bulan urunan masing-masing Rp100.000 maka sudah terkumpul 100 juta dalam 1 bulan. 

Kalau biaya bimbingan satu anak mahal-mahalnya taruhlah satu juta, maka uang sejumlah 100 juta ini sudah sangat cukup untuk  membimbing 100. peserta.

Bayangkan jika taruhlah 50% saja dari 100 peserta itu atau sejumlah 50 peserta yang kemudian bisa mengimplementasikan ilmunya dan mendapatkan nafkah dari ilmu yang kita ajarkan.  Maka rata-rata per orang mendapatkan 10 juta perbulan. 

Kemudian jika 1 orang bersedia mendonasikan kembali sebesar 1 juta, maka sudah terkumpul setiap bulannya sebesar 50 juta. Ditambah akumulasi donasi awal 100 juta sebelumnya ditambah 50 juta ini maka total sudah menjadi 150 juta. 

Kemudian nanti di bulan berikutnya 150 juta lagi. Kemudian di investasi Jariyah kan lagi.  demikian terus-menerus berakumulasi.

Tentu uang ini bisa kita gunakan untuk mengambil peranan pemerintah yang barangkali masih terbengkalai seperti mendirikan sekolah, masjid, menyantuni janda dan fakir miskin, anak yatim,  bahkan untuk membiayai kegiatan kepemudaan dan riset teknologi demi mencapai kehidupan yang lebih baik.

Misalnya untuk membiayai riset sumber makanan yang cepat panen namun juga sehat juga bisa.

Saya sendiri sangat ingin suatu saat bisa dengan Syabab Camp melakukan riset tanaman pangan yang cepat berbuahnya, cepat panen, dan sehat bergizi dan vitamin tinggi. Menyehatkan jika dimakan oleh anak-anak kita. Tentu ini baik sekali.

Ironis memang dimana saat ini anak-anak kita malah lebih menyukai Indomie dan makanan-makanan instan. Bahkan air minum saja kita harus membeli dari Aqua. 

Kita tidak tahu di dalam aqua itu ada apa. Iya kita percaya bahwa jualan mereka telah di diperiksa oleh Lembaga pemerintah kita. Namun alangkah lebih baiknya jika kita juga bisa organisir diri kita untuk membuat yang lebih terpercaya bagi diri kita.

Misalnya dengan membuat makanan enak cepat saji dari hasil olahan tanaman kita sendiri, menggunakan teknologi terbaru yang menghasilkan makanan yang selain enak juga sehat digemari oleh anak-anak kita.

Sehingga pada saatnya nanti anak-anak kita memiliki otak yang cerdas yang mampu menerima tongkat estafet Pembangunan umat ini.

Itulah yang menjadi cita-cita Syabab Camp kedepannya.

<< Tanya Lebih Lanjut >>
0895-3536-98866